Minimal Design

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it ...

Easy to use theme’s admin panel

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it ...

Featured posts

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it ...

Hello, I am Vk bhardwaj and i do awsome Blogger Template Designs for your blog, download templates at Www.BestTheme.Net. Thanks A Lot

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Salah satu di antara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar, khususnya peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA). Masalah lain adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai mata pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis, belum memanfaatkan quantum learning sebagai salah satu paradigma menarik dalam pembelajaran, serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual.
Demikian juga proses pendidikan dalam sistem persekolahan kita, umumnya belum menerapkan pembelajaran sampai peserta didik menguasai materi pembelajaran secara tuntas. Akibatnya, banyak peserta didik yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak heran kalau mutu pendidikan secara nasional masih rendah.
B.     Rumusan Masalah
Dalam pembuatan amkalah ini penulis membatasinya kepada beberapa permasalahan yaitu:
1.      Apa yang dimaksud dengan strategi belajar tuntas?
2.      Bagaimana ciri-ciri belajar mengajar dengan prinsip belajar tuntas?
3.      Bagaimana kebaikan dan kelemahan dari belajar tuntas?
4.      Bagaimana perencanaan belajar tuntas itu?
5.      Bagaimana pelaksanaan belajar tuntas itu?

C.    Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk:
1.      Memenuhi tugas dari dosen mata kuliah strategi belajar mengajar
2.      Mengetahui maksud dari strategi belajar tuntas
3.      Mengetahui ciri-ciri belajar mengajar dengan prinsip belajar tuntas
4.      Mengetahui kebaikan dan kelemahan dari belajar tuntas
5.      Mengetahui perencanaan belajar tuntas
6.      Mengetahui tentang pelaksanaan belajar tuntas.




BAB II
KAJIAN TEORI

Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi tertentu. Dengan menempatkan pembelajaran tuntas (mastery learning) sebagai salah satu prinsip utama dalam mendukung pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, berarti pembelajaran tuntas merupakan sesuatu yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh seluruh warga sekolah. Untuk itu perlu adanya panduan yang memberikan arah serta petunjuk bagi guru dan warga sekolah tentang bagaimana pembelajaran tuntas seharusnya dilaksanakan.
John B. Carol pada tahun (1963) berdasarkan penemuannya mengenai model belajar yaitu “model of school learning”. Model ini menguraikan faktor-faktor yang memepengaruhi keberhasilan belajar siswa. Ia menyatakan bahwa bakat siswa untuk suatu pelajaran tertentu dapat diramalkan dari waktu yang disediakan untuk mempelajari pelajaran tersebut dan atau waktu yang dibutuhkan untuk belajar dan untuk mencapai tingkat penguasaan tertentu.[1]
Selain itu John B. Carol (1953) juga berpendapat bahwa peserta didik yang berbakat tinggi memerlukan waktu yang relatif sedikit untuk mencapai taraf penguasaan bahan dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki bakat rendah.[2]
Virgil word menjelaskan tentang anak yang berbakat dengan mengajukan proposisi dalam bukunya yang berjudul Differential Education for the giffed bahwa pendidikan anak berbakat intelektual berbeda dari anak lainnya dan seyogianya amat menekankan aktifitas intelektual.[3]
Samiawan (1997) menyebbutkan beberapa proposisi dalam bukunya persfektif Pendidikan Anak Berbakat, diantaranya proposisi Carol (dalam Ward,1980) menyebutkan bahwa perilaku intelektual, aspek teoritis, dan tingkat abstraksi mereka menunjukkan karakteristik mental yang berbeda dalam kecepatan melihat hubungan yang bermakna, tanggapan mengaitkan asosiasi logis, mudah mengadaptasikan prinsip abstrak ke situasi konkret dengan mengkaji komponen situasi yang identik, serta mampu menggeneralisasikan.[4]
 Belajar tuntas menciptakan anak didik dapat mencapai tujuan pembelajaran, sehingga didalam kelas tidak terjadi anak cerdas akan mencapai semua tujuan pembelajaran, sedangkan anak didik yang kurang cerdas mencapai sebagian tujuan pembelajaran atau tidak mencapai sama sekali tujuan pembelajaran.


BAB III
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR PEMBELAJARAN TUNTAS (MASTERY LEARNING) DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

A.    Strategi Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Strategi belajar tuntas adalah suatu strategi pengajaran yang di individualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok.[5] Strategi belajar tuntas dapat dibedakan dari pengajaran non belajar tuntas terutama dalam hal-hal berikut ini:[6]
1.      Pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh umpan balik terhadap bahan yang diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan.
2.      Peserta didik baru dapat melangkah pada pelajaran berikutnya setelah ia benar-benar menguasai bahan pelajaran sebelumny sesuai dengan patokan yang ditetapkan.
3.      Pelayanan bimbingan dan penyuluhan terhadap anak didik gagal mencapai taraf penguasaan penuh, melalui pengajaran korektif, yang menurut Morrison merupakan pengajaran kembali, pengajaran tutorial, restrukturasi kegiatan belajar dan pengajaran kembali kebiasaan-kebiasaan belajar peserta didik, sesuai dengan waktu yang diperlukan masing-masing.
Apabila pembelajaran tuntas dilakukan dalam kondisi yang tepat maka semua peserta didik mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil yang maksimal, pembelajaran tuntas harus dilakukan dengan sistematis. Supaya pembelajaran terstruktur Winkel menyarankan sebagai berikut:[7]
a.       Tujuan-tujuan pembelajaran yang harus dicapai ditetapkan secara tegas. Semua tujuan dirangkaikan dan materi pelajaran dibagi-bagi atas unit-unit pelajaran yang diurutkan, sesuai dengan rangkaian semua tujuan pembelajaran.
b.      Siswa dituntut supaya mencapai tujuan pembelajaran lebih dahulu, sebelum siswa diperbolehkan mempelajari unit pelajaran yang baru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jadi siswa dilarang untuk mempelajari pokok bahasan berikutnya sebelum siswa tersebut mamahami pokok bahasan sebelumnya.
c.       Ditingkatkan motifasi belajar siswa dan efektivitas usaha belajar siswa, dengan memonitor proses belajar siswa melalui testing berkala dan kontinyu, serta memberikan umpan balik kepada siswa mengenai keberhasilan atau kegagalannya pada saat itu juga.
d.      Memberikan bantuan atau pertolongan kepada siswa yang masih mengalami kesulitan.
Strategi belajar tuntas dapat diterapkan secara tuntas untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Banyamin. S. Bloom (1968) menyebutkan 3 strategi dalam belajar tuntas yaitu mengidentifikasi prakondisi, mengembangkan prosedur operasional dan hasil belajar, selanjutnya mengimplementasikan dalam pembelajaran kalsikal dengan memberikan “bumbu” untuk menyesuaikan dengan kemampuan individual, yang meliputi:[8]
1)      Corrective Technique. Pengajaran remedial, yang dilakukan dengan memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh peserta didik, dengan prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya.
2)      Memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang membutuhkan (belum menguasai bahan secara tuntas).
B.     Ciri-ciri Belajar Mengajar dengan Prinsip Belajar Tuntas
Ciri-ciri belajar mengajar dengan prinsip belajar tuntas adalah sebagai berikut:[9]
1.      Pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Tujuan dari strategi belajar mengajar adalah hampir semua siswa/ semua siswa dapat mencapai tingkat penguasaan tujuan pendidikan.
2.      Memeperhatikan perbedaan individu. Yang dimaksud perbedaan di sini adalah perbedaan siswa dalam hal menerima rangsangan dari luar dan dari dalam dirinya serta laju belajarnya.
3.      Evaluasi yang dilakukan secara kontinyu dan didasarkan atas kriteria. Evaluasi dilakukan secara kontinyu sangat penting dilakukan agar guru dapat menerima umpan balik yang cepat, sering dan sistematis.
4.      Menggunakan program perbaikan dan program pengayaan. Program perbaikan dan pengayaan adalah sebagai akibat dari penggunaan evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan kriteria serta pandangan terhadap perbedaan kecepatan belajar mengajar siswa dan administrasi sekolah.
5.      Menggunakan prinsif siswa belajar aktif. Prinsif siswa belajar aktif memungkinkan siswa mendapatkan pengetahuan berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya sendiri.
6.      Menggunakan satuan pelajaran yang kecil. Cara belajar mengajar dengan menggunakan prinsif belajar tuntas menuntut pembagian bahan pengajaran menjadi unit yang kecil-kecil.
C.    Kebaikan dan Kelemahan Belajar Tuntas
Seperti halnya dengan strategi pembelajaran yang lain, pembelajaran tuntas juga memiliki kebaikan dan kelemahan diantaranya yaitu:
Kebaikan Belajar Tuntas[10]
1.      Strategi ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar modern yang berpegang pada prinsif perbedaan individual, belajar kelompok.
2.      Strategi ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif sebagaimana disarankan dalam konsep CBSA yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri sendiri, memecahkan masalah sendiri dengan menemukan dan bekerja sendiri.
3.      Dalam strategi ini guru dan siswa diminta bekerja sama secara partisipatif dan persuasif, baik dalam proses belajar maupun dalam proses bimbingan terhadap siswa lainnya.
4.      Strategi ini berorientasi kepada peningkatan produktifitas hasil belajar.
5.      Penilaian yang dilakukan terhadap kemajuan belajar siswa mengandung unsur objektivitas yang tinggi.
Kelemahan Belajar Tuntas
1.      Para guru umumnya masih mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan belajar tuntas karena harus dibuat untuk jangka satu semester, disamping penyusunan satuan-satuan pelajaran yang lengkap dan menyeluruh.
2.      Strategi ini sulit dalam pelaksanaannya karena melibatkan berbagai kegiatan, yang berarti menuntut macam-macam kemampuan yang memadai.
3.      Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami hambatan untuk menyelenggarakan strategi ini yang relatif lebih sulit dan masih baru.
4.      Strategi ini membutuhkan berbagai fasilitas, perlengkapan, alat, dana. Dan waktu yang cukup besar.
5.      Untuk melaksanakan strategi ini mengacu kepada penguasaan materi belajar secara tuntas sehingga menuntut para guru agar menguasai materi tersebut secara lebih luas, menyeluruh, dan lebih lengkap. Sehingga para guru harus lebih banyak menggunakan sumber-sumber yang lebih luas
D.    Perencanaan Belajar Tuntas
Perencanaan merupakan hal yang penting yang harus dilakukan oleh seorang guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar agar guru mampu mengajar dengan baik dan siswa akan menerima pelajaran dari gurunya dengan baik pula. Perencanaan belajar tuntas disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut:[11]
1.      Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai, baik yang bersifat umum maupun khusus.
2.      Mempersiapkan alat evaluasi
3.      Menjabarkan materi pelajaran menjadi suatu urutan unit-unit pelajaran yang dirangkaikan, yang masing-masing dapat diselesaikan dalam waktu kurang lebih dua minggu.
4.      Mengembangkan prosedur korelasi dan umpan balik bagi setiap unit pelajaran
5.      Menyusun tes diagnosik kemampuan belajar untuk memperoleh informasi bagi guru dan siswa tentang perubahan yang terjadi sebagai hasil pengajaran sebelumnya sesuai dengan unit pelajaran.
6.      Mengembangkan suatu himpunan materi pengajaran alternatif atau learning corrective sebagai alat untuk mengoreksi hasil belajar, yang bersumber pada setiap pokok ujian satuan tes.
7.      Setiap siswa harus menemukan kesulitannya sendiri dalam mempelajari bahan pengajaran.
E.     Pelaksanaan Belajar Tuntas
Setelah guru melakukan proses perencanaan maka tahap selanjutnya yaitu proses pelaksanaan belajar tuntas. Pelaksanaan belajar tuntas terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:[12]
1.      Kegiatan orientasi. Kegiatan ini mengorientasi siswa terhadap strategi belajar tuntas yang berkenaan dengan orientasi tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dalam jangka satu semester dan cara belajar yang harus dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini guru menjelaskan keseluruhan bahan yang telah direncanakan dalam tabel spesifikasi, lalu dilanjutkan dengan prates yang isinya sama dengan isi tes sumatif.
2.      Kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar ini yang harus dilakukan oleh seorang guru yaitu (a) guru memperkenalkan TIK pada satuan pelajaran yang akan dipelajari dengan cara memperkenalkan tabel spesifikasi tentang arti dan cara mempergunakannya untuk kepentingan bimbingan belajar atau menunjukkan topik umum atau konsep umum yang akan dipelajari. (b) penyajian rencana kegiatan belajar mengajar beardasarkan standar kelompok. Dengan cara ini para siswa akan  terhindar dari  kebingungan dan menumbuhkan gagasan tentang strategi belajar yang perlu dilakukan sendiri. (c) penyajian pelajaran dalam situasi kelompok berdasarkan satuan pelajaran. (d) malaksanakan diagnostic progress test. (e) mengidentifikasi kemampuan belajar siswa yang telah memuaskan dan yang belum memuaskan. (f) menetapkan siswa yang hasil belajarnya telah memuaskan. (g) memberikan kegiatan korektif kepada siswa yang hasil belajarnya “belum memuaskan”. Ada tiga teknik yang dapat dikembangkan yaitu: bantuan tutor teman sekelas, guru mengajarkan kembali bahan yang berhubungan dengan pokok ujian apabila sebagian besar siswa belum memuaskan. Siswa yang bersangkutan memilih sendiri daftar korektif yang telah disediakan  dan melakukannya secara individual. (h) memonitor keefektifan kegiatan korektif. (i) menentapkan kembali siswa yang hasil belajarnya memuaskan.
3.      Menentukan tingkat penguasaan bahan. Setelah pelajaran selesai dilakukan maka guru melakukan tes untuk mengetahui sejauh mana kemmapuan siswa.
4.      Memberikan atau melaporkan kembali tingkat penguasaan setiap siswa. Kegiatan ini bertujuan agar mengetahui tingkat penguasaan setiap siswa. Mereka diberi tabel spesifikasi, bahan yang sudah dikuasai diberi tanda M (mastery) sedangkan yang belum diberi tanda NM ( non mastery).
5.      Pengecekan keefektifan keseluruhan program. Keefektifan strategi belajar tuntas ditandai berdasarkan hasil yang dicapai oleh siswa. Untuk itu ada dua cara yang dapat ditempuh oleh guru: (1) membandingkan hasil yang dicapai oleh kelas yang menggunakan strategi belajar tuntas dengan kelas yang menggunakan strategi lain. (2) terlebih dahulu membuat hipotesis tentang hasil belajar jika menggunakan strategi belajar tuntas lalu dibuktikan berdasarkan hasil belajar kelas senyatanya. Dengan cara demikian maka dapat diketahui keefektifan keseluruhan program yang telah dilaksanakan.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Belajar tuntas adalah suatu strategi pengajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok. Belajar tuntas diharapkan mampu mengatasi kelemahan yang terdapat pada strategi belajar mengajar lainnya.
Dalam kegiatan belajr mengajar guru harus melakukan perencanaan terlebih dahulu agar guru tersebut mampu mengajar peserta didiknya dengan baik. Pembelajaran tuntas merupakan strategi belajar yang baik digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan, karena dengan belajar tuntas, siswa dituntut untuk benar-benar menguasai materi yang dipelajari, dengan begitu maka siswa yang belum menguasai materi akan terus mengulang kembali materi yang telah dipelajarinya sampai dia benar-benar menguasainya, meskipun tidak 100% siswa tersebut memahaminya.
Dalam strategi ini menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, selain itu penilaian dalam pembelajaran tuntas ini mengandung unsur objektifitas yang tinggi.
B.     Saran
Dalam menggunakan strategi belajar tuntas ini guru harus terlebih dahulu tau dan memahami sebenarnya seperti apa strategi belajar tuntas itu agar dalam pelaksanaannya tidak mengalami kesulitan. Strategi belajar tuntas harus disusun secara sistematis agar semua peserta didik dapat memperoleh hasil yang maksimal.  Dalam pembelajaran tuntas ini guru harus sabar apabila ada anak didiknya yang masih belum dapat menuasai materi yang dipelajarinya dan guru harus terus mengulangnya serta meminta bantuan kepada temannya untuk membantu anak tersebut.



DAFTAR PUSTAKA


Hamalik Oemar. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru.

Mulyasa. 2004. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Belajar KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Semiawan Conny. 1997. Perspektif pendidikan anak Berbakat. Jakarta: Gramedia  Widia Sarana Indonesia.

Subroto Suryo. 1996. Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Winkel, WS. 1996. Psikologi Belajar. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Yamin Martinis. 2006. Profesionalisasi Guru dan  Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.






 


[1] Suryo Subroto. 1996. Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta hal:99
[2] Martinis Yamin. 2006. Profesionalisasi Guru dan  Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada        Press hal:119
[3] Conny Semiawan. 1997. Perspektif pendidikan anak Berbakat. Jakarta: Gramedia  Widia Sarana Indonesia hal: 13
[4] Martinis Yamin. 2006. Profesionalisasi Guru dan  Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada        Press hal:119

[5] Oemar Hamalik. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru. hal:85
[6] Mulyasa. 2004. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Belajar KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya. hal: 155
[7] Winkel, WS. 1996. Psikologi Belajar. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia. hal: 413
[8] Martinis Yamin. 2006. Profesionalisasi Guru dan  Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada        Press hal:121-122
[9] Suryo Subroto. 1996. Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta hal: 102
[10] Oemar Hamalik. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru. hal: 86
[11] Oemar Hamalik. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru. hal: 88
[12] Oemar Hamalik. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru. hal: 93

Leave a Reply