Minimal Design

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it ...

Easy to use theme’s admin panel

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it ...

Featured posts

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it ...

Hello, I am Vk bhardwaj and i do awsome Blogger Template Designs for your blog, download templates at Www.BestTheme.Net. Thanks A Lot

Archive for 2010

Anak yang sehat-sehat saja saat memasuki usia sekolah, juga belum jadi jaminan kelakjantungnya tidak terancam sakit. Harus kita akui, kurikulum pendidikan jasmani kitamasih kurang. Berbeda dengan di negara maju, tiada hari tanpa olahraga bukan sekadarmotto tapi benar-benar dilaksanakan. Anak-anak kita sangat kurang jamberolahraganya. Padahal berolahraga betul menyehatkan jantung.Dengan berolahraga, otot jantung bertambah tebal dan kuat. Bila jantung kuat, kelaksekiranya beban jantung meningkat, jantung tidak sampai jatuh kepayahan. Di semuanegara maju, menyehatkan jantung sudah dimulai semenjak usia sekolah. Ibu yang arifakan berupaya menciptakan suasana berolahraga swakarsa buat anak-anaknya setiaphari. Berjalan dan mengajak anak berlari-lari merupakan cara bergerak badan palingmurah dan sederhana, namun bermanfaat untuk menyehatkan jantung.
Anak-anak kita juga masih memikul beban kultur yang keliru dari ibu. Tak sedikit ibu-ibu kita yang beranggapan bahwa gemuk adalah sehat, sehingga ingin semua anaknyagemuk. Padahal, sekarang susah mencari anak gemuk di negara maju, karena justruyang tidak gemuk itu yang dianggap sehat, sementara gemuk itu penyakit.Pada tubuh yang gemuk, jumlah dan ukuran sel lemak anak yang sudah gemuk sejakkecil lebih dari anak normal. Kelebihan sel lemak tidak mungkin disusutkan lagi setelahanak dewasa. Keadaan ini yang ikut menambah besar risiko seseorang terkena penyakitjantung. Jadi betul, peran ibu menentukan bagaimana nasib sel lemak anak-anaknya.Sel lemak anak dibentuk oleh isi meja makan ibu. Dominasi menu lemak, kelebihan porsinasi, penganan serba bersusu-bermentega, menjadikan anak gemuk sebelum usiaremaja. Dulu, darah anak Amerika sudah kelebihan lemak semasih remaja. Sayangnya,anak-anak kita sekarang justru meniru gaya makan dan pilihan menu salah seperti anakAmerika zaman dulu.Kolesterol dan lemak darah anak cenderung sudah pada batas tinggi ketika umur belumlagi dewasa. Ini berbahaya. Ibu yang bijak tidak akan royal memberi makan berlebih,serba gurih, manis, dan berlemak tinggi. Karena itulah, nasib jantung anak ditentukanoleh kesibukan dapur ibu juga.Ibu yang bijak akan memberi anak-anaknya cukup susu, daging, dan mentega, namuntak serba berlebihan.Di tangan ibu, anak dibangun kebiasaan makannya, hobi jajan apa, dan apa pilihancemilan, apakah ia ketagihan menu junkfood, atau doyan jenis makanan olahan. Lidahanak dibentuk oleh bagaimana cara ibu memberi dan menyajikan makanan rumah.Kalau meja makan anak di rumah selalu penuh dengan menu restoran, sampai dewasadi lidah anak akan seperti itu terbentuk menu favoritnya.Menu seperti itu yang merusak lidah anak menerima makanan tradisional, danmengantarkan anak memasuki risiko kena penyakit jantung kelak, atau mungkinmembuatnya terancam mati prematur.

read more

ADALAH hal yang sangat naif, ketika seorang anak menjadi bodoh, nakal, pemberang, atau bermasalah, lalu orang tua menyalahkan guru, pergaulan di sekolah, dan lingkungan yang tidak beres. Tiga faktor itu hanya berperan dalam proses perkembangan anak, sedangkan bakat anak itu menjadi bodoh, nakal, atau pemberang  justru terletak dari bagaimana orang tua memberikan awal kehidupan si anak tersebut.Bukan hal aneh bahwa seorang anak dapat dididik dan dirangsang kecerdasannya sejak masih dalam kandungan. Malah, sejak masih janin, orang tua dapat melihat perkembangan kecerdasan anaknya. Untuk bisa seperti itu, orang tua harus memperhatikan beberapa aspek, antara lain terpenuhinya kebutuhan biomedis, kasihsayang, dan stimulasi.Bicara tentang kecerdasan, tentu saja tidak bisa lepas dari masalah kualitas otak,sedangkan kualitas otak itu dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Secara prinsip,perkembangan positif kecerdasan sejak dalam kandungan itu bisa terjadi dengan memperhatikan banyak hal. Pertama, kebutuhan-kebutuhan biologis (fisik) berupanutrisi bagi ibu hamil harus benar-benar terpenuhi. Seorang ibu hamil, gizinya haruscukup. Artinya, asupan protein, karbohidrat, dan mineralnya terpenuhi dengan baik.Selain itu, seorang ibu hamil tidak menderita penyakit yang akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak dalam kandungannya. Kebutuhan nutrisi itusendiri, sebenarnya bukan hanya ketika ibu mengandung, melainkan ketika ia siap untukmengandung pun sudah harus memperhatikan gizi, makanan, dan komposisi nutrisinyaharus lengkap, sehingga ketika ia hamil, dari segi fisik sudah siap dan proses kehamilanakan berlangsung optimal secara nutrisi.Tapi, memang di Indonesia atau di negara-negara berkembang pada umumnya--bolehdikatakan sangat jarang ada keluarga yang mempersiapkan kehamilan. Malah, kerapkehamilan dianggap sebagai suatu yang mengejutkan. Berbeda dengan yang terjadi dinegara-negara maju. Inilah yang cenderung menjadi penyebab awal mengapa anak-anak yang lahir kemudian tidak berkualitas, karena orang tua seakan tidak siap dalamsegala hal untuk memelihara anaknya.Faktor kedua adalah kebutuhan kasih sayang. Seorang ibu harus menerima kehamilanitu, dalam arti kehamilan yang benar-benar dikehendaki. Tanpa kasih sayang, tumbuh kembangnya bayi tidak akan optimal. "Si ibu hamil harus siap dan dapat menerima risikodari kehamilannya," kata mantan Sekretaris Jenderal Ikatan Dokter Anak Indonesia itu."Risiko itu, misalnya, seorang wanita karier yang hamil, merasa terbebani dan khawatirakan mengganggu pekerjaannya. Ia sebenarnya ingin hamil, tapi juga merasa terganggu dengan kehamilannya itu. Kondisi seperti ini tidak kondusif untuk merangsangperkembangan bayi dalam kandungannya," tambahnya.Selain itu, menurut Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini, ada faktorpsikologis yang memengaruhi perkembangan kecerdasan bayi, yaitu apakah si ibu hamil menikah secara resmi atau kawin lari. Pernikahannya direstui atau tidak, dan apakahada komitmen antara istri dan suami. Tanpa komitmen di antara keduanya, kehamilanitu bisa dianggap mengganggu.Juga harus ada support (dukungan). Tanpa support, walaupun ada komitmen dari suamidan orang tua dapat mengurangi perkembangan dan rangsangan kecerdasan bayi dalam kandungan. "Jadi, variabel kasih sayang tadi adalah komitmen dengan suami, serta
support dari orang tua dan keluarga, sehingga seorang ibu dapat menerimakehamilannya dengan hati tenteram,"Faktor ketiga adalah adanya perhatian penuh dari si ibu hamil terhadap kandungannya.Ia dapat memberikan rangsangan dan sentuhan secara sengaja kepada bayi dalamkandungannya. Karena secara emosional akan terjadi kontak. Jika ibunya gembira dansenang, dalam darahnya akan melepaskan neo transmitter zat-zat rasa senang,sehingga bayi dalam kandungannya juga akan merasa senang.Sebaliknya, bila si ibu selalu merasa tertekan, terbebani, gelisah, dan stres, ia akanmelepaskan zat-zat dalam darahnya yang mengandung rasa tidak nyaman tersebut,sehingga secara tidak sadar bayi akan terstimuli juga ikut gelisah. "Yang paling baikadalah stimuli berupa suara-suara, elusan, dan nyanyian yang disukai si ibu. Hal ini akanmerangsang bayi untuk ikut senang. Berbeda jika si ibu melakukan hal-hal yang tidakdisukainya, karena itu sama saja memberikan rangsangan negatif pada bayi".Tapi, stimuli itu sendiri lebih efektif bila kehamilan sudah menginjak usia di atas enambulan. Sebab, pada usia tersebut jaringan struktur otak pada bayi sudah mulai bisaberfungsi.Untuk mendapatkan kondisi-kondisi itulah, seorang ibu hamil harus tetap menjaganutrisi yang didapat dari makanan sehari-hari. Bahkan, perlu diimunisasi, misalnyadengan suntik TT. Lakukan juga konsultasi rutin dengan dokter secara berkala. Mula-mula sekali sebulan, dan pada bulan terakhir menjelang kelahiran (partus), diperketatmenjadi tiga minggu sekali, lalu dua minggu sekali, dan bahkan mendekati partusmenjadi setiap minggu.Juga disarankan untuk tidak meminum obat-obatan yang katanya bisa merangsangperkembangan dan kecerdasan otak bayi. Obat-obatan semacam itu hanya omongkosong. "Pemberian obat semacam itu percuma saja, dan tidak berpengaruh apa-apa,"katanya. "Yang penting, ciptakan saja lingkungan mendidik, yaitu tiga faktor tadi.Sementara itu, psikolog anak lainnya juga mengungkapkan pendapat yang sama.Stimulasi positif, menurutnya, memang dapat meningkatkan kecerdasan anak sejakdalam kandungan. Dari stimulasi ini, diharapkan ketika anak tumbuh, bukan hanyamenjadi cerdas, melainkan dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. "Stimulasimenimbulkan kedekatan antara ibu dan anak.Bahkan, lanjut Surastuti, bayi masih dalam kandungan bisa distimuli dengandiperdengarkan musik klasik, diajak berbicara, dan diberikan elusan penuh kasih sayang.Orang tua juga harus siap dan berusaha mengajarkan cara anaknya bersosialisasidengan dunia luar ketika ia masih di dalam rahim.Tapi, mengapa musik klasik? Pendapat semacam ini memang terus menjadi topikbahasan. Musikus hebat seperti Adhi MS, pimpinan Twilite Orchestra, juga meyakinimusik klasik dapat merangsang kecerdasan bayi sejak dalam kandungan. Bahkan, untukjenis musik yang 'merangsang bayi' ini sudah banyak dijual di toko-toko kaset tertentu.Tapi, untuk lebih tuntasnya kupasan mengenai hal itu, coba kita simak penuturanPsikologi lainnya:Musik klasik, katanya, memiliki berbagai macam harmoni yang terdiri dari nada-nada.Nada-nada inilah yang memberikan stimulasi berupa gelombang alfa. Gelombang inimemberikan ketenangan, kenyamanan, dan ketenteraman, sehingga anak dapat lebihberkonsentrasi."Menurut beberapa penelitian, musik klasik memang termasuk metode yang tepat. Anakmenjadi siap menerima sesuatu yang baru dari lingkungannya," ujar pengasuh rubrikkonsultasi di Klinik Anakku ini. Tapi, jangan coba-coba memperdengarkan musik-musikkeras kepada bayi dalam kandungan. Konon, justru menyebabkan timbulnyakebingungan pada si jabang bayi!

read more

Berciuman dengan pasangan terbukti bisa meredakan stres, menenangkan jiwa dan juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh.Tapi jika kondisi badan tidak sehat, berciuman malah bisa berbuah menjadi bencana.Saat berciuman, kadang terjadi pertukaran saliva (air liur).Hal ini ternyata bisa menimbulkan infeksi mononuecleosis atau dikenal dengan kissing disease. Kissing Disease, atau nama resmi penyakit ini adalah Infectious Mononucleiosis. Penyakit ini disebabkan oleh Virus Cytomelago. Virus ini terdapat di kelenjar air liur, air seni, lendir leher rahim, sperma, air susu ibu, dan darah. 

Selain lewat berciuman, penularan penyakit ini juga dapat melalui transplantasi organ, donor darah, persalinan, serta oral seks. Diketahui bahwa virus ini sekerabat dengan Virus Herpes yang bersifat laten dalam tubuh manusia. Hampir sebagian besar orang dewasa pernah disinggahi virus ini, umumnya ketika masih usia remaja.

Selain Virus Cytomegalo, ada jenis virus lain yang berpotensi ditularkan lewat berciuman, antara lain Virus Epstein-Barr, Virus Herpes-6, Virus Hepatitis, Parasit Toxoplasma, dan Virus HIV penular AIDS sendiri. 

Gejala yang terjadi biasanya seperti gejala flu, yaitu demam, rasa tidak enak di tenggorokan, sering mengantuk, Pembengkakan kelenjar, Amandel dan Merasa lemah serta lesu. Tetapi jika gejala ini berlangsung dalam jangka yang lebih panjang, yaitu sekitar dua minggu. Dan tanpa disadari, hati dan limpa si pengidap akan membengkak.

Untuk mengetahui apakah seseorang mengidap penyakit kissing disease ini atau tidak, perlu dilakukan pemeriksaan darah yang disebutTORCH. TORCH adalah kependekan dari Toxoplasma, Rubella, Cytomelago, dan Herpes.

Selain itu makan dengan menggunakan sendok dan garpu yang sama, minum dari gelas yang sama serta berbagi sikat gigi dengan penderita juga bisa menularkan infeksi amononuecleosis ini. 
Tidak ada antivirus yang dapat diandalkan untuk menyembuhkan penyakit virus ini. Satu-satunya jalan yang harus dilakukan untuk menyembuhkan penyakit ini adalah beristirahat total dan memulihkan sistem imun kita untuk melawan virus ini sendiri. Serta pada masa penyembuhan, pasien dilarang untuk berciuman dengan anak, istri atau suami apalagi orang asing. Maka jagalah selalu kesehatan mulut dan tubuh kita. 



read more

read more

read more

A. Mengukur Manfaat Pendidikan
          Keuntungan pendidikan tidak selalu dapat diukur dengan standar nilai ekonomi atau uang. Hal ini disebabkan manfaat pendidikan, disamping memiliki nilai ekonomi juga memiliki nilai sosial. Ada empat kategori yang dapat dijadikan indikator dalam menentukan tingkat keberhasilan pendidikan yaitu:
1. Dapat tidaknya seorang lulusan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi
2. Dapat tidaknya memperoleh pekerjaan
3. Besarnya penghasilan (gaji) yang diterima
4. Sikap perilaku dalam konteks sosial, budaya, dan politik.
       Pada tabel mengukur keuntungan pendidikan, digambarkan bagaimana cara mengukur keuntungan pendidikan menurut nilai ekonomi (penghasilan) yang dibandingkan dengan biaya (cost) keuntungan tersebut diukur dengan pola penghasilan seumur hidup. Untuk memperoleh pola penghasilan seumur hidup ini dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Cross sectional, dengan jalan mengukur penghasilan dalam waktu yang bersamaan kepada sejumlah orang yang bervariasi umumnya, kemudian dicari rata-rata penghasilan dari orang-orang yang usianya sama.
2. Longitudinal dengan jalan mengikuti sejumlah orang yang seusia dan penghasilannya diukur pada setiap tingkat usianya.
      Penghasilan atau gaji merupakan ukuran yang paling banyak digunakan untuk menentukan keberhasilan pendidikan dikarenakan:
1. Baik logika maupun pengalaman menunjukkan bahwa mayoritas sosial bersekolah sebagai sarana unuk mendapatkan manfaat ekonomi
2. Mudah diukur
3. Data gaji cukup tersedia, namun demikian ada beberapa hal yang perlu ditentukan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengukuran yaitu:
a. Apa gaji awal atau gaji seumur hidup
b. Menggunakan honor atau data kroseksional.
Taksonomi manfaat pendidikan.
        T.W. Schultz, dalam bukunya The Economic Value of Educatioan, mengidentifikasi beberapa kategori manfaat pendidikan. Salah satu dari kategori manfaat itu adalah manfaat-manfaat ekonomis yang akan didapatkan dari pendidikan, yaitu menemukan bakat yang potensial, peningkatan kapabilitas seseorang sehingga dapat menyesuaikan dalam perubahan kesempatan kerja, penyiapan tenaga guru, dan penyediaan sumber daya manusia untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pendidikan juga bermanfaat untuk mempersiapkan manusia menjadi warga negara yang lebih baik, dapat mengapresiasi dan mengakui budaya lain secara lebih luas, mengurangi ketergantungan kepada pasar berbagai jasa, sebagai sumber pemasukan pajak penghasilan, serta memberi kesempatan kepada generasi yang akan datang untuk memiliki pendidikan yang lebih baik, dan oleh karena itu, pendidikan juga bermanfaat untuk menjadikan masa depan lebih baik.

1. Manfaat Pendidikan: Antara Konsumtif dan Investasi
   Sementara itu, manfaat pendidikan bagi individu dapat diklasifikasikan kepada manfaat konsumtif dan investasi.
a. Manfaat Secara Konsumtif
       Suatu produk atau jasa dikategorikan bersifat konsumtif ketika ia menghasilkan kepuasan atau kegunaan dalam periode tertentu saja. Pendidikan dikatakan memiliki manfaat secara konsumtif karena dengan pendidikan, seseorang membelanjakan sesuatu yang bersifat konsumtif. Bahkan seorang anak yang dipaksa sekolah pun akan merasakan manfaat secara konsumtif ini. Meskipun pada awalnya ia membenci untuk sekolah, tetapi lama kelamaan ia akan menyukainya.

b. Manfaat Komponen Investasi
       Sesuatu produk atau jasa dikatakan bersifat investasi, apabila ia menghasilkan kepuasan atau kegunaan untuk waktu yang akan datang. Kajian-kajian tentang manfaat pendidikan secara ekonomis banyak menekankan pada aspek investasi. Dan dari semua itu, peningkatan pendapatan adalah merupakan manfaat nyata dari pendidikan. Sekolah dan pelatihan akan meningkatkan produktivitas seseorang dan itu akan meningkatkan kesempatannya untuk memperoleh upah/gaji yang lebih tinggi, dan dengan begitu, ia juga akan lebih berkontribusi dalam kehidupan sosial. Seseorang yang berpendidikan tinggi, khususnya dalam pendidikan umum, akan lebih fleksibel memperoleh pekerjaan baru, sehingga kemungkinan untuk menjadi penganggur lebih kecil. Tetapi yang lebih penting, bahwa pendidikan merupakan investasi masa depan.

2. Manfaat Pendidikan: Antara Individu dan Masyarakat
       Selain manfaat dari aspek konsumsi dan investasi, manfaat pendidikan juga dapat diklasifikasikan ke dalam manfaat secara private/individual dan manfaat sosial. Manfaat secara individual adalah manfaat yang dapat dirasakan oleh seseorang karena pendidikannya. Sedangkan manfaat sosial adalah manfaat yang mungkin tidak dirasakan oleh seseorang karena pendidikannya, tetapi manfaatnya diserap oleh anggota masyarakat yang lain. Pada umumnya, seseorang yang berpendidikan lalu ia menjadi anggota masyarakat, maka manfaat yang bersifat individual akan termasuk ke dalam manfaat secara sosial. Dengan begitu, manfaat sosial berarti keseluruhan dari manfaat pendidikan secara individual dan manfaat lain yang mungkin tidak dirasakan secara individu.
      Pada dasarnya, ada dua manfaat pendidikan secara sosial dan tidak termasuk dalam domain individu. Keduanya adalah (1) pembayaran pajak yang berkaitan dengan manfaat pendidikan, misalnya pajak yang dikeluarkan seseorang selama hidupnya, dan (2) manfaat-manfaat eksternal, seperti kemampuan pemerintah dalam mengandalkan pajak penghasilan yang berasal dari individu, yang sulit dicapai tanpa dukungan masyarakat yang melek huruf. Contoh lainnya adalah dengan banyaknya orang yang berpendidikan, maka produksi buku dan majalah dalam jumlah besar akan memperkecil harga, yang juga akan membawa manfaat pada terciptanya masyarakat informasi.

3. Manfaat Lain Pendidikan
     Manfaat pendidikan lain juga dapat diklasifikasikan ke dalam: (1) pilihan secara finansial yang semakin terbuka bagi siswa, dan (2) pilihan-pilihan non-finasial. Klasifikasi ini didasarkan pada penelitian Weisbrod (1962, 1964). Dengan pendidikan, seseorang memiliki peluang pilihan finansial yang semakin terbuka. Manfaat ini dapat dirasakan karena dengan menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu, seseorang akan memiliki kesempatan terbuka untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yang berarti ia memiliki kesempatan menambah jumlah pengalaman training yang lebih baik.
       Manfaat kedua (terbukanya peluang-peluang non-finansial), mislanya, seorang guru besar memiliki banyak keuntungan non-finansial karena jabatannya itu. Melalui jabatannya itu, seorang guru besar tidak hanya memiliki tingkat kebebasan dan fleksibilitas dalam bekerja, tetapi juga pertemuanya dengan mahasiswa setiap hari serta kesenangan yang diperolehnya melalui kegiatan perkuliahan dan penelitian. Buktinya, banyak orang yang memiliki kecakapan akademik sekaligus mampu bekerja di sektor industri, tetapi lebih memilih menjadi dosen atau peneliti meskipun dengan gaji yang lebih rendah.

4. Efek-efek Antar-generasi
       Tambahan lagi, manfaat lain dari pendidikan dapat dirasakan oleh generasi yang akan datang. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa seseorang akan memilih untuk melanjutkan pendidikan yang tinggi apabila orang tuanya juga memiliki pendidikan yang baik. Bahkan ada kecenderungan seseorang berusaha untuk melampaui jenjang pendidikan orang tuanya.

Bebebrapa Pendekatan untuuk Mengukur Manfaat Pendidikan
       Terdapat tiga pendekatan untuk mengukur manfaat pendidikan, yaitu: (1) pendekatan korelasi sederhana, (2) pendekatan residual, dan (3) pendekatan keuntungan pendidikan.
1. Pendekatan Korelasi Sederhana
     Para sarjana mencatat tentang korelasi yang nyata antara pencapaian pendidikan dengan penghasilan. Demikian, hasil kajian yang dilakukan di beberapa wilayah di Amerika Serikat dengan menggunakan metode time series (longitudinal) dan metode cross-sectional. Kajian itu menunjukkan tentang adanya hubungan saling terkait antara pendidikan dengan penghasilan atau pendapatan. Tetapi kajian itu tidak menjelaskan apakah tingginya pendapatan daerah, negara atau individu disebabkan oleh pendidikan, atau sebaliknya, tingginya investasi di bidang pendidikan yang menyebabkan tingginya pendapatan. Tetapi keduanya dipandang benar, dalam arti investasi di bidang pendidikan menyebabkan kenaikan pada pendapatan, dan tingginya pendapatan juga menyebabkan semakin tingginya pendidikan.

2. Pendekatan Residual
       Seperti diketahui, dalam melakukan kajian tentang dinamika pertumbuhan ekonomi, beberapa sarjana ekonomi mencatat sejumlah porsi pertumbuhan ekonomi yang tersisa, yang tidak dapat dijelaskan ketika faktor input klasik seperti tanah, tenaga kerja, dan modal diikutsertakan. Pendekatan residual adalah pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan fenomena input ekonomi klasik yang hanya memasukan aspek tenaga kerja secara kuantitas, bukan kualitasnya. Perubahan-perubahan dalam output yang disebabkan oleh perubahan dalam kualitas tenaga kerja serta faktor-faktor lain yang tidak dispesifikasi, kemudian tidak tertinggal dan tidak dapat dijelaskan. Padahal, hubungan antara pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi cukup penting untuk menjamin perlakukan secara komprehensif. Selain itu, sejumlah kajian tentang kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi didasarkan pada pendekatan keuntungan pendidikan.

3. Pendekatan Keuntungan Langsung Pendidikan
         Pendekatan ini didasarkan pada premis bahwa pendidikan menghasilkan keuntungan langsung, baik bagi individu maupun masyarakat. Meskipun keuntungan bagi individu harus dihitung menurut kepuasan pada masa sekarang dan mendatang, data dan problem-problem konseptual lain harus mendapatkan paerhatian para peneliti untuk memahami konsep keuntungan yang terkait dengan penghasilan atau gaji masing-masing.

a. Profil Penghasilan Berdasarkan Usia
       Dalam suatu buku yang terkenal yang ditulis oleh G.S. Becker (1964) disebutkan bahwa penghasilan individu selama hidupnya berbeda-beda tergantung kepada profil penghasilan berdasarkan usia secara khusus. Berdasarkan profil ini, seseorang yang masih muda dan belum berpengalaman akan memperoleh penghasilan yang rendah (low earning), kemudian beranjak menuju kepada penghasilan yang lebih tinggi dan memperoleh penghasilan puncak pada usia pertengahan, dan akhirnya, penghasilannya akan menurun kembali. Yang juga penting adalah bahwa tinggi-rendahnya profil penghasilan berdasarkan usia akan bervariasi tergantung kepada tingkat pendidikan seseorang. Profil ini pun tidak akan seragam untuk semua usia yang sama.
        Misalnya kita dapat membandingkan antara profil penghasilan berdasarkan usia, antara yang berpendidikan SMA dengan Universitas. Contoh Profil Penghasilan Berdasarkan Usia. Seseorang yang berusia 18 tahun dan telah menempuh pendidikan selama 11 tahun; lalu kemudian ia menempuh kembali pendidikan selama empat tahun, maka selama empat tahun itu (selama menempuh jenjang universitas), mungkin ia tidak akan memperoleh tambahan penghasilan (antara usia 18 – 21 tahun). Pada saat yang sama mungkin sekali seseorang yang berpendidikan SMA memiliki penghasilan lebih tinggi dari yang seseorang berpendidikan universitas; karena yang berpendidikan SMA memiliki pengalaman kerja dan pelatihan yang lebih baik, sementara ia sendiri masih melanjutkan studi. Diperkirakan puncak penghasilan untuk mereka yang berpendidikan universitas adalah pada usia 57 tahun; sedangkan yang berpendidikan SMA pada usia 47 tahun. Hal ini dapat dijelaskan dengan dua cara, yaitu: Pertama, pekerjaan yang terkait dengan mereka yang berpendidikan tinggi (universitas) tidak terlalu menggantungkan kekuatan fisik tetapi lebih pada kapasitas intelektual. Kedua, sebagaimana penjelasan Mincer (1974), mereka yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi memiliki pengalaman pelatihan yang lebih banyak.

b. Diferensiasi Penghasilan
       Profil penghasilan berdasarkan usia dapat digunakan untuk memperoleh perbedaan antara penghasilan kelompok yang berpendidikan tinggi dengan kelompok yang berpendidikan rendah. 

c. Diferensiasi Penghasilan Seumur Hidup
        Diferensiasi penghasilan seumur hidup adalah jumlah keseluruhan penghasilan yang diterima oleh kelompok dengan tingkat pendidikan tertentu dibandingkan dengan kelompok dengen tingkat pendidikan yang berbeda.


B.  Biaya Pendidikan
       Secara bahasa biaya (cost) dapat diartikan sebagai pegeluaran, dalam istilah ekonomi, biaya/pengeluaran dapat berupa uang atau bentuk moneter lainnya. Pengertian biaya dalam ekonomi adalah pengorbanan-pengorbanan yang dinyatakan dalam bentuk uang, diberikan secara rasional, melekat pada proses produksi dan tidak dapat dihindarkan. Bila tidak demikian, maka pengeluaran tersebut dapat dikategorikan sebagai pemborosan.
         Biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa seperti membeli alat pembelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan pemerintah, orang tua, maupun siswa sendiri, sedangkan biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang yang dikorbankan siswa selama belajar. Contohnya: uang jajan siswa, pembelian peralatan.
            Dalam konsep dasar pembiayaan pendidikan ada dua hal penting yang perlu dikaji atau dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan (total cost) dan biaya satuan per siswa (unit cost). Biaya satuan ditingkat sekolah merupakan Agregate biaya pendidikan tingkat sekolah baik yang bersumber dari pemerintah, orang tua, dan masyarakat yang dikerluarkan untuk menyelenggarakan pendidikan dalam satu tahun pelajaran. Biaya satuan per-murid merupakan ukuran yang menggambarkan seberapa besar uang yang dialokasikan sekolah secara efektif untuk kepentingan murid dalam menempuh pendidikan. Oleh karena biaya satuan ini diperoleh dengan memperhitungkan jumlah murid pada masing-masing sekolah, maka ukuran biaya satuan dianggap standar dan dapat dibandingkan antara sekolah yang satu dengan yang lainnya. Analisis mengenai biaya satuan dalam kaitannya dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya dapat dilakukan dengan menggunakan sekolah sebagai unit analisis. Dengan menganalisis biaya satuan, memungkinkan kita untuk mengetahui efisiensi dalam penggunaan sumber-sumber di sekolah, keuntungan dari investasi pendidikan, dan pemerataan pengeluaran masyarakat, pemerintah untuk pendidikan. Disamping itu, juga dapat menjadi penilaian bagaimana alternatif kebijakan dalam upaya perbaikan atau peningkatan sistem pendidikan.
            Komponen Biaya Pendidikan meliputi: Peningkatan KBM, Pembinaan tenaga kependidikan, Pengadaan alat-alat belajar, Pengadaan bahan pelajaran, Sarana kelas, Sarana sekolah, Pembinaan siswa, Pengelolaan sekolah, Pemeliharaan dan penggantian sarana dan prasarana pendidikan, Biaya pembinaan, pemantauan, pengawasan dan pelaporan, Peningkatan mutu pada semua jenis dan jenjang pendidikan, Peningkatan kemampuan dalam menguasai iptek., Peningkatan pembinaan kegiatan siswa, Rumah tangga sekolah, Kesejahteraan, Perawatan, Pengadaan alat-alat belajar, Pembinaan tenaga kependidikan, Pengadaan bahan pelajaran.
             Setelah memahami bentuk biaya maupun cara perhitungannya, dan telah dibahas pada kelompok ke-2 ,tujuan dari analisis biaya adalah untuk memberikan kemudahan, memberikan informasi pada para pengambil keputusan untuk menentukan langkah/cara dalam pembuatan kebijakan sekolah, guna mencapai efektivitas maupun efisiensi pengolahan dana pendidikan serta peningkatan mutu pendidikan.
Secara khusus, analisis manfaat biaya pendidikan bagi pemerintah menjadi acuan untuk menetapkan anggaran pendidikan dalam RAPBN, dan juga sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas SDM dengan meningkatkan mutu pendidikan nasional. Sedangkan bagi masyarakat, analisis manfaat biaya pendidikan ini berguna sebagai dasar/pijakan dalam melakukan ”investasi” di dunia pendidikan. Hal ini dirasakan penting untuk diketahui dan dipelajari, karena menurut sebagian masyarakat pendidikan hanya menghabis-habiskan uang tanpa ada jaminan/prospek peningkatan hidup yang jelas dimasa yang akan datang.

read more


A.    Cara Pembayaran Internasional
1.      Cash in advance/Prepayment/Advance Payment
Cash in advance adalah suatu cara pembayaran yang dilakukan pembeli/importir kepada penjual/eksportir sebelum barang dikapalkan. Pembayaran ini dilakuakn secara tunai  baik secara keseluruhan (full payment) atau sebagian (partial paymen) karena beberapa alasan berikut:
a.       Permintaan atas produk melebihi penawaran produk.
b.      Penjual dan pembeli belum saling mengenal dan kurang saling percaya.
c.       Dalam situasi darurat, misalnya peperangan
d.      Mata uang negara importir termasuk mata uang lemah (soft currency) yang beresiko tinggi.
2.      Open Account
Oppen account kebalikan daari cash in advance, yaitu pembayarannya dilakukan kemudian setelah produk di kirim dan laku terjual atau setelah jangka waktu tertentu karena penjual dan pembeli sudah saling mengenal dan saling mempercayai. Dengan sistem ini penjual mempunyai resiko yang tinggi atas kegagalan pembayaran dari pembeli.
3.      Private Compensation
Private compensation adalah suatu metode pembayaran internasional yang dilakukan antara pembeli dan penjual dengan jalan melakukan kompensasi penuh atau sebagian utang piutang baik secra langsung maupun tidak langsung sehingga mengurangi atau meniadakan transfer valas ke luar negeri.
4.      Letter of Credit (L/C)
Letter of credit adalah suatu surat pernyataan yang dilakukan oleh issuing bank atas permintaan pembeli/importir yang ditujukan kepada penjual/eksportir melalui advising/confirming bank dengan menyatakan bahwa issuing bank akan membayar sejumlah uang tertentu apabila syarat-syarat yang ditetapkan dalam L/C tersebut dipenuhi
5.      Draft/Wesel/Commercial Bill of Exchange
Draft atau wesel adalah suatu surat perintah tertulis dari seorang eksportir yang ditujukan kepada importir atau agennya untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu dan pada jangka waktu atau tanggal tertentu kepada pihak yang ditunjuk atau pemegang atau pembawa draft tersebut.
B.     Pasar Valuta Asing
Pasar  valuta  asing adalah sebuah pasar atau tempat pertemuan dimana individu, perusahaan, dan kalangan perkantoran mengadakan jual beli mata uang dari berbagai negara atau valuta-valuta asing. Menurut madura pasar valas adalah pasar yang memfasilitasi pertukaran valuta untuk mempermudah transaksi-transaksi perdagangan dan keuangan internasional. Menurut Kuncoro transaksi valas (foreign exchange transaction) adalah pertukaran suatu mata uang dengan mata uang lain. Contoh: pasar valuta asing yang memperdagangkan dolar Amerika mencakup berbagai tempat yang tersebar di berbagai penjuru dunia, (mulai dari Hongkong, London, Paris, Zurich, Frankpurt, Singapura, Jakarta, Tokyo, dan Newyork). Ditempat-tempat itulah dolar Amerika di beli dan dijual serta berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Di pasar-pasar itu pula dolar ditukarkan dengan berbagai amcam valuta asing. Pusat-pusat moneter yang tersebar diberbagai penjuru dunia itu disalurkan oleh jaringan telepon dan komputer sehingga membentuk suatu pasar global integratif (tunggal) yang berfungsi selama dua puluh empat jam. Satu pasar senantiasa menjalin hubungan dengan pasar-pasar yang lain sehingga terciptalah suatu pasar valuta asing internasional yang tunggal.
C.    Fungsi Pasar Valuta Asing
Fungsi utama pasar valuta asing adalah sebagai “tempat” transfer dana atau “daya beli” dari suatu negara dan mata uang ke negara atau mata uang lainnya. Transfer biasanya dilakukan melalui proses telegrafik atau elektronik, dimana setiap transaksi di instruksikan melalui jaringan kabel elektronik, melalui jaringan elektronik itulah sebuah bank domestik memberikan instruksi kepada salah satu bank koresponden yang berada di salah satu pusat moneter di luar negeri untuk membayarkan sejumlah uang dalam mata uang lokal ( dimana bank korespondensi itu berada, sehingga merupakan valuta asing bagi bank domestik yang memberikan instruksi) kepada seseorang atau sebuah perusahaan atau memasukkannya ke rekening tertentu.
Permintaan terhadap mata uang dari negara lain atau valuta asing muncul karena banyak orang yang mengadakan transaksi di luar negaranya sendiri, atau mengadakan transaksi ekonomi dengan pihak (perusahaan, lembaga, orang) asing sehingga dengan sendirinya ia memerlukan mata uang yang berlaku di negara dimana dia berada pada saat itu.contohnya para turis yang bepergian ke luar negeri tentunya mebutuhkan valuta asing guna membiayai berbagai keperluan selama berpesiar ke manca negara.
Terdapat empat pelaku transaksi atau peserta dalam pasar valuta asing dalam tingkatan berbeda yang dapat kita identifikasikan, yaitu:
Pada tingkatan terendah atau tingkatan pertama terdapat para pelaku transaksi tradisional seperti para wisatawan, importir, eksportir, investor dan sebagainya. Mereka adalah pengguna dan pemasok valuta asing secara langsung. Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di banyak negara seiring melakukan atau menerima pembayaran dalam mata uang yang bukan mata uang negara asalnya. Untuk membayar gaji para pegawai pabriknya di Meksiko misalnya IMB  memerlukan peso Meksiko. Apabila IBM ternyata hanya mempunyai dolar dari hasil penjualan komputernya di AS, maka ia dapat memperoleh peso yang dibutuhkannya tersebut dengan cara membelinya (dengan menukarkan dolar) di pasar valuta asing.
Tingkatan kedua terdapat bank-bank komersial yang bertindak sebagai perantara pemakai (sumber permintaan) dan penghimpun (sumber penawar) valuta asing bank secara rutin masuk ke dalam pasar valuta asing guna meenuhi kebutuhan para nasabahnya mereka, terutama pasar pedagang yang berkecimpung dalam hubungan internasional.
Tingkat ketiga adalah para pialang valuta asing yang bertindak sebagai perantara bagi bank-bank kemersial di suatu negara untuk menukarkan berbagai jenis mata uang berikutnya dalam pasar mata uang skala besar.
Tingkatan ke empat adalah bank sentral yang bertindak sebagai pembeli dan penjual terakhir bagi keseluruhan valuta asing yang ada disuatu negara.
Fungsi pokok berikutnya dari pasar valuta asing adalah fungsi kredit. Artinya pasar itu juga menyediakan kredit atau pinjaman untuk membiayai berbagai transaksi internasional. Kredit tersebut biasanya diperlukan apabila barang-barang yang diperjual belikan sudah ada di tempat transit atau memberikan kesempatan bagi pihak pembeli barang tersebut untuk menjualnya terlebih dahulu sehingga ia bisa melakukan kegiatan perdagangan sekalipun tidak didukung oleh uang tunai. Dengan adanya kredit, pihak penjual pertama akan memperoleh pembayaran lain sebagai gantinya dari pihak pembeli setelah pembeli itu berhasil menjual barqang yang baru saja di belinya itu ke pihak yang lainnya.
Fungsi berikutnya dari pasar valuta asing adalah sumber fasilitas pemagaran resiko kurs dan wahana spekulasi mata uang.
Menurut Nopirin  fungsi pokok pasar valuta asing dalam membantu lalu-lintas pembayaran internasional yaitu:
1.      Mempermudah pertukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu negara ke negara lain. Proses penukaran atau pemindahan dana ini dapat dilakukan dengan sistem clearing seperti halnya yang dilakukan oleh bank-bank serta pedagang.
2.      Karena sering terdapat transaksi internasional yang tidak perlu segera diselesaikan pembayaran atau penyerahan barangnya, maka pasar valuta asing memberikan kemudahan untuk dilaksanakannya perjanjian atau kontrak jual beli dengan kredit.
3.       Memungkinkan dilakukannya hedging. Seorang pedagang melakukan hedging apabila dia pada saat yang sama melakukan transaksi jual beli valuta asing yang berbeda, untuk menghilangkan/mengurangi resiko kerugian akibat perubahan kurs.




D.    Jenis-jenis Pasar Valuta Asing
Pasar valas dibedakan menjadi empat jenis yaitu:
1.      Pasar Spot (pasar tunai)
Menurut Madura Kurs spot adalah nilai tukar berjalan suatu valuta. Pasar sport adalah pasar yang memfasilitasi transaksi-transaksi nilai tukar berjalan suatu valuta. Dimana komiditi atau valas dijual secara tunai dengan penyerahan segera. Dalam pasar sport dibedakan atas tiga jenis transaksi:
a.       Cash, dimana pembayaran satu mata uang dan pengiriman mata uang lain diselesaikan dalam hari yang sama
b.      Tom (kependekan dari tommorrow/ besok), dimana pengiriman dilakukan pada hari berikutnya.
c.       Spot, dimana pengiriman diselesaikan dalam tempo 48 jam setelah perjanjian.
2.      Pasar Forward
Menurut madura, kurs forward adalah nilai tukar suatu valuta dengan valuta lain pada suatu waktu di masa depan yang dikuotasikan oleh bank-bank. Pasar forward adalah pasar yang memfasilitasi perdagangan kontrak forward mata uang. Menurut Kuncoro, transaksi forward merupakan trasaksi valas dimana pengiriman mata uang dilakukan pada suatu tanggal tertentu di masa datang. Kurs dimana transaksi forward akan di selesaikan telah ditentukan pada saat kedua belah pihak menyetujui kontrak untuk membeli dan menjual. Waktu antara ditetapkannya kontrak dan pertukaran mata uang yang sebenarnya terjadi dapat bervariasi dari dua minggu hingga satu tahun. Jatuh tempo kontrak forwad biasanya satu, dua, tiga atau enam bulan. Transaksi forwad biasanya terjadi apabila eksportir, importir atau pelaku ekonomi lain yang terlibat dalam pasar valas harus emmbayar atau menerima sejumlah mata uang asing pada suatu tanggal tertentu di masa mendatang.
3.      Pasar Currency Futures
Menurut Madura pasar Currency Futures merupakan pasar yang memfasilitasi perdagangan kontrak currency futures. Suatu kontrak currency futures menetapkan suatu volume standar dari suatu valuta tertentu yang akan dipertukarkan pada tanggal penyelesaian tertentu di masa depan.
4.      Pasar Currency Options
Menurut Madura pasar currency options merupakan pasar yang memfasilitasi perdagangan kontrak currncy options. Kontrak currncy options dapat diklasifikasikan sebagai call atau put.
Suatu currency call options menyediakan hak untuk membeli suatu valuta tertentu dengan harga tertentu (yang dinamakan dengan strike price atau exercise price) dalam suatu periode waktu tertentu. Currency call options digunakan untuk meng-hedge hutag-hutang valas yang harus dibayarkan di masa depan.
Currency put options memberikan hak untuk menjual suatu valuta asing dengan harga tertentu dalam suatu periode waktu tertentu. currency put options digunakan untuk meng-hedge piutang-piutang valas yang akan diterima di masa depan.

read more

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Sebagai konsekuensi atas terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Pemerintah, dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasional, telah menerbitkan berbagai peraturan agar penyelenggaraan pendidikan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) paling tidak dapat memenuhi standar minimal tertentu. Berbagai standar tersebut adalah: (1) standar isi, (2) standar kompetensi lulusan, (3) standar proses, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan.

Dalam pencapaian standar isi (SI) yang memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dicapai oleh peserta didik setelah melalui pembelajaran dalam jenjang dan waktu tertentu, sehingga pada gilirannya mencapai standar kompetensi lulusan (SKL) setelah menyelesaikan pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu secara tuntas. Agar peserta didik dapat mencapai SK, KD, maupun SKL yang diharapkan, perlu didukung oleh berbagai standar lainnya, antara lain standar proses dan standar pendidik dan tenaga kependidikan.

Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Dengan demikian, guru diharapkan untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar.

Selain itu, pada lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, juga diatur tentang berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru pada satuan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA), baik dalam tuntutan kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengembangkan sumber belajar dan bahan ajar.

Oleh karena itu, disamping sebagai implementasi dari Permendiknas nomor 25 tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Ditjen Mandikdasmen bahwa rincian tugas Subdirektorat Pembelajaran - Dit. PSMA (yang antara lain disebutkan bahwa melaksanakan penyiapan bahan penyusunan pedoman dan prosedur pelaksanaan pembelajaran, termasuk penyusunan pedoman pelaksanaan kurikulum) dipandang perlu menyusun panduan bagi guru SMA sehingga dapat dijadikan salah satu referensi dalam pengembangan bahan ajar.


B. Tujuan

Penyusunan Panduan ini bertujuan :
1. Menjelaskan pentingnya bahan ajar dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SMA/MA.
2. Menjelaskan konsep dasar bahan ajar.
3. Mengemukakan berbagai jenis bahan ajar.
4. Menjelaskan langkah-langkah penyusunan bahan ajar.


C. Manfaat

Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan. Buku ini disusun dengan harapan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan pengembangan bahan ajar, seperti kepala sekolah, guru, pengawas sekolah menengah atas maupun pembina pendidikan lainnya. Bagi kepala sekolah buku ini dapat dijadikan bahan pembinaan bagi guru yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar.

Kepala sekolah dalam kegiatannya sehari-hari juga memerlukan bahan ajar sebagai alat bantu dalam melakukan promosi ataupun presentasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan sekolah.

Bagi guru buku ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai rujukan dalam mengembangkan bahan ajar. Dengan mempelajari buku ini diharapkan para guru di sekolah akan mendapatkan informasi tentang pengembangan bahan ajar yang pada gilirannya para guru dapat mengembangkan bahan ajar untuk membantu dirinya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Di samping itu diharapkan guru juga akan termotivasi untuk mengembangkan bahan ajar yang beragam dan menarik sehingga akan menghasilkan satu kegiatan belajar mengajar yang bermakna baik bagi guru maupun bagi peserta didiknya. Pengembangan bahan ajar adalah merupakan tanggung jawab guru sebagai pengajar bagi peserta didik di sekolah.

Bagi pengawas sekolah menengah atas atau para pembina pendidikan lainnya keberadaan buku pedoman ini pasti bermanfaat. Karena setiap pengawas harus mengetahui berbagai hal yang dilakukan oleh guru, sehingga jika terdapat kesulitan yang dialami oleh guru, pengawas dapat segera membantunya. Dengan membaca buku pedoman ini pengawas akan mendapatkan pemahaman dan masukan-masukan tentang bahan ajar yang dapat dikembangkan oleh guru dalam meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian maka pengawas akan mendapatkan bekal dalam melaksanakan tugas kepengawasan yaitu membina guru dalam mengembangkan bahan ajar.


D. Ruang Lingkup

Buku ini akan dikhususkan pada pembahsan tentang bahan ajar cetak sebagai salah satu bentuk bahan ajar yang paling banyak digunakan. Pembahasan akan mencakup:

1. Pentingnya bahan ajar dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah menengah atas.
2. Berbagai jenis bahan ajar cetak yang dapat dikembangkan.
3. Langkah-langkah pengembangan bahan ajar.
4. Contoh sistematika bahan ajar.


BAB II
BAHAN AJAR


A. Pengertian

Guna menghasilkan tamatan yang mempunyai kemampuan sesuai standard kompetensi lulusan, diperlukan pengembangan pembelajaran untuk setiap kompetensi secara sistematis, terpadu, dan tuntas (mastery learning).

Pada pendidikan menengah umum, di samping buku-buku teks, juga dikenalkan adanya lembar-lembar pembelajaran (instructional sheet) dengan nama yang bermacam-macam, antara lain: lembar tugas (job sheet), lembar kerja (work sheet), lembar informasi (information sheet) dan bahan ajar lainnya baik cetak maupun non-cetak. Semua bahan yang digunakan untuk mendukung proses belajar itu disebut sebagai bahan ajar (teaching material).

Untuk pembelajaran yang bertujuan mencapai kompetensi sesuai profil kemampuan tamatan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diperlukan kemampuan guru untuk dapat mengembangkan yang tepat. Dengan pendekatan belajar tuntas (mastery learning) diharapkan siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi secara utuh, sesuai dengan kecepatan belajarnya. Untuk itu bahan ajar hendaknya disusun agar siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran mencapai kompetensi.

Terdapat dua istilah yang sering digunakan untuk maksud yang sama namun sebenarnya memiliki pengertian yang sedikit berbeda, yakni sumber belajar dan bahan ajar. Untuk itu, maka berikut ini akan dijelaskan terlebih dahulu tentang pengertian sumber belajar dan bahan ajar.

1. Pengertian Sumber Belajar

Sering kita dengar istilah sumber belajar (learning resource), orang juga banyak yang telah memanfaatkan sumber belajar, namun umumnya yang diketahui hanya perpustakaan dan buku sebagai sumber belajar. Padahal secara tidak terasa apa yang mereka gunakan, orang, dan benda tertentu adalah termasuk sumber belajar.

Sumber belajar dalam website bced didefinisikan sebagai berikut: Learning resources are defined as information, represented and stored in a variety of media and formats, that assists student learning as defined by provincial or local curricula. This includes but is not limited to, materials in print, video, and software formats, as well as combinations of these formats intended for use by teachers and students. http://www.bced.gov.bc.ca/irp/appskill/ asleares.htm January 28, 1999.


Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Bentuknya tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau kombinasi dari berbagai format yang dapat digunakan oleh siswa ataupun guru.

Sadiman mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk belajar, yakni dapat berupa orang, benda, pesan, bahan, teknik, dan latar (Sadiman, Arief S., Pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pembelajaran, makalah, 2004)

Menurut Association for Educational Communications and Technology (AECT, 1977), sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran.

Dengan demikian maka sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.

Dari pengertian tersebut maka sumber belajar dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat melakukan belajar atau proses perubahan tingkah laku maka tempat itu dapat dikategorikan sebagai tempat belajar yang berarti sumber belajar, misalnya perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan dan lain sebagainya.
b. Benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi peserta didik, maka benda itu dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya situs, candi, benda peninggalan lainnya.
c. Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu di mana peserta didik dapat belajar sesuatu, maka yang bersangkutan dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya guru, ahli geologi, polisi, dan ahli-ahli lainnya.
d. Bahan yaitu segala sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman elektronik, web, dll yang dapat digunakan untuk belajar.
e. Buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya buku pelajaran, buku teks, kamus, ensiklopedi, fiksi dan lain sebagainya.
f. Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan, peristiwa bencana, dan peristiwa lainnya yang guru dapat menjadikan peristiwa atau fakta sebagai sumber belajar.


Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika tidak maka tempat atau lingkungan alam sekitar, benda, orang, dan atau buku hanya sekedar tempat, benda, orang atau buku yang tidak ada artinya apa-apa.

2. Pengertian Bahan Ajar

Dari uraian tentang pengertian sumber belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.

Bahan ajar atau teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu teaching atau mengajar dan material atau bahan.

Menurut University of Wollongong NSW 2522, AUSTRALIA pada website-nya, WebPage last updated: August 1998, Teaching is defined as the process of creating and sustaining an effective environment for learning.

Melaksanakan pembelajaran diartikan sebagai proses menciptakan dan mempertahankan suatu lingkungan belajar yang efektif.

Paul S. Ache lebih lanjut mengemukakan tentang material yaitu:
Books can be used as reference material, or they can be used as paper weights, but they cannot teach.

Buku dapat digunakan sebagai bahan rujukan, atau dapat digunakan sebagai bahan tertulis yang berbobot.

Dalam website Dikmenjur dikemukakan pengertian bahwa, bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.

Lebih lanjut disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai:
a. Pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.
b. Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya.
c. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Pendapat lain mengatakan sebagai berikut;

Definition of teaching material
They are the information, equipment and text for instructors that are required for planning and review upon training implementation. Text and training equipment are included in the teaching material.( Anonim dalam Web-site)

Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktor untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. (National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training).

Pengelompokan bahan ajar menurut Faculté de Psychologie et des Sciences de l’Education Université de Genève dalam website adalah sebagai berikut :

Integrated media-written, audiovisual, electronic, and interactive-appears in all their programs under the name of Medienverbund or Mediamix (Feren Universitaet and Open University respectively).
http://tecfa.unige.ch/tecfa/general/tecfapeople/peraya.html>http:// tecfa.unige.ch/tecfa/general/tecfa-people/ peraya.html, Faculté de Psychologie et des Sciences de l’Education Université de Genève.

Media tulis, audio visual, elektronik, dan interaktif terintegrasi yang kemudian disebut sebagai medienverbund (bahasa jerman yang berarti media terintegrasi) atau mediamix.

Sedangkan Bernd Weidenmann, 1994 dalam buku Lernen mit Bildmedien mengelompokkan menjadi tiga besar, pertama auditiv yang menyangkut radio (Rundfunk), kaset (Tonkassette), piringan hitam (Schallplatte). Kedua yaitu visual (visuell) yang menyangkut Flipchart, gambar (Wandbild), film bisu (Stummfilm), video bisu (Stummvideo), program komputer (Computer-Lernprogramm), bahan tertulis dengan dan tanpa gambar (Lerntext, mit und ohne Abbildung). Ketiga yaitu audio visual (audiovisuell) yang menyangkut berbicara dengan gambar (Rede mit Bild), pertunjukan suara dan gambar (Tonbildschau),dan film/video.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disarikan bahwa bahan ajar adalah merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.


Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain :
a. Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
b. Kompetensi yang akan dicapai
c. Content atau isi materi pembelajaran
d. Informasi pendukung
e. Latihan-latihan
f. Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
g. Evaluasi
h. Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi

B. Mengapa guru perlu mengembangkan Bahan Ajar?

Terdapat sejumlah alasan, mengapa guru perlu untuk mengembangkan bahan ajar, yakni antara lain; ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar. Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang akan kita kembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Pada kurikukulum tingkat satuan pendidikan, standard kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh pemerintah, namun bagaimana untuk mencapainya dan apa bahan ajar yang digunakan diserahkan sepenuhnya kepada para pendidik sebagai tenaga profesional. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mempunyai kemampuan mengembangkan bahan ajar sendiri. Untuk mendukung kurikulum, sebuah bahan ajar bisa saja menempati posisi sebagai bahan ajar pokok ataupun suplementer. Bahan ajar pokok adalah bahan ajar yang memenuhi tuntutan kurikulum. Sedangkan bahan ajar suplementer adalah bahan ajar yang dimaksudkan untuk memperkaya, menambah ataupun memperdalam isi kurikulum.

Apabila bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak ada ataupun sulit diperoleh, maka membuat bahan belajar sendiri adalah suatu keputusan yang bijak. Untuk mengembangkan bahan ajar, referensi dapat diperoleh dari berbagai sumber baik itu berupa pengalaman ataupun pengetahauan sendiri, ataupun penggalian informasi dari narasumber baik orang ahli ataupun teman sejawat. Demikian pula referensi dapat kita peroleh dari buku-buku, media masa, internet, dll. Namun demikian, kalaupun bahan yang sesuai dengan kurikulum cukup melimpah bukan berarti kita tidak perlu mengembangkan bahan sendiri. Bagi siswa, seringkali bahan yang terlalu banyak membuat mereka bingung, untuk itu maka guru perlu membuat bahan ajar untuk menjadi pedoman bagi siswa.

Pertimbangan lain adalah karakteristik sasaran. Bahan ajar yang dikembangkan orang lain seringkali tidak cocok untuk siswa kita. Ada sejumlah alasan ketidakcocokan, misalnya, lingkungan sosial, geografis, budaya, dll. Untuk itu, maka bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik sasaran. Selain lingkungan sosial, budaya, dan geografis, karakteristik sasaran juga mencakup tahapan perkembangan siswa, kemampuan awal yang telah dikuasai, minat, latar belakang keluarga dll. Untuk itu, maka bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran.
Selanjutnya, pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Terdapat sejumlah materi pembelajaran yang seringkali siswa sulit untuk memahaminya ataupun guru sulit untuk menjelaskannya. Kesulitan tersebut dapat saja terjadi karena materi tersebut abstrak, rumit, asing, dsb. Untuk mengatasi kesulitan ini maka perlu dikembangkan bahan ajar yang tepat. Apabila materi pembelajaran yang akan disampaikan bersifat abstrak, maka bahan ajar harus mampu membantu siswa menggambarkan sesuatu yang abstrak gersebut, misalnya dengan penggunaan gambar, foto, bagan, skema, dll. Demikian pula materi yang rumit, harus dapat dijelaskan dengan cara yang sederhana, sesuai dengan tingkat berfikir siswa, sehingga menjadi lebih mudah dipahami.

C. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar

1. Tujuan

Bahan ajar disusun dengan tujuan:
a. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa.
b. Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
c. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

2. Manfaat

Ada sejumlah manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru mengembangkan bahan ajar sendiri, yakni antara lain; pertama, diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, kedua, tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, ketiga, bahan ajar menjadi labih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi, keempat, menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar, kelima, bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada gurunya.

Di samping itu, guru juga dapat memperoleh manfaat lain, misalnya tulisan tersebut dapat diajukan untuk menambah angka kredit ataupun dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.

Dengan tersedianya bahan ajar yang bervariasi, maka siswa akan mendapatkan manfaat yaitu, kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Siswa akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru. Siswa juga akan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.

D. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsisp-prinsip pembelajaran. Di antara prinsip pembelajaran tersebut adalah:

Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak,
Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar lainnya.

Pengulangan akan memperkuat pemahaman
Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep. Dalam prinsip ini kita sering mendengar pepatah yang mengatakan bahwa 5 x 2 lebih baik daripada 2 x 5. Artinya, walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih berbekas pada ingatan siswa. Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan.

Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa
Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang sekedarnya atas hasil kerja siswa. Padahal respond yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa. Perkataan seorang guru seperti ’ya benar’ atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu benar, namun akan lebih baik kalau begini...’ akan menimbulkan kepercayaan diri pada siswa bahwa ia telah menjawab atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respond negatif akan mematahkan semangat siswa. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik yang positif terhadap hasil kerja siswa.

Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar
Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar siswa mau belajar. Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan, menjelas tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dll.

Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu.
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk mencapai suatu standard kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan antara. Ibarat anak tangga, semakin lebar anak tangga semakin sulit kita melangkah, namun juga anak tangga yang terlalu kecil terlampau mudah melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu menyusun anak tangga tujuan pembelajaran secara pas, sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam bahan ajar, anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator kompetensi.

Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan
Ibarat menempuh perjalanan jauh, untuk mencapai kota yang dituju, sepanjang perjalanan kita akan melewati kota-kota lain. Kita akan senang apabila pemandu perjalanan kita memberitahukan setiap kota yang dilewati, sehingga kita menjadi tahu sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi kita akan berjalan. Demikian pula dalam proses pembelajaran, guru ibarat pemandu perjalanan. Pemandu perjalanan yang baik, akan memberitahukan kota tujuan akhir yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, kota-kota apa saja yang akan dilewati, dan memberitahukan pula sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi perjalanan. Dengan demikian, semua peserta dapat mencapai kota tujuan dengan selamat. Dalam pembelajaran, setiap anak akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya sendiri, namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas.

E. Jenis Bahan Ajar

Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

Selanjutnya pada buku pedoman ini hanya akan dibahas tentang bahan ajar cetak. Untuk bahan ajar non-cetak akan dibahas pada buku pedoman tersendiri.

1. Bahan Ajar Cetak (Printed)

Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, 1994 yaitu:

a. Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari
b. Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit
c. Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah
d. Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu
e. Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja
f. Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa
g. Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar
h. Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri

Kita mengenal berbagai jenis bahan ajar cetak, antara lain hand out, buku, modul, poster, brosur, dan leaflet.

a. Handout

Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Menurut kamus Oxford hal 389, handout is prepared statement given. Handout adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara.

Handout biasanya diambilkan dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/ KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik. Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan cara down-load dari internet, atau menyadur dari sebuah buku.

b. Buku

Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara misalnya: hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi. Menurut kamus oxford hal 94, buku diartikan sebagai: Book is number of sheet of paper, either printed or blank, fastened together in a cover. Buku adalah sejumlah lembaran kertas baik cetakan maupun kosong yang dijilid dan diberi kulit. Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.

Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisannya. Buku pelajaran berisi tentang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar, buku fiksi akan berisi tentang fikiran-fikiran fiksi si penulis, dan seterusnya.

c. Modul

Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang:
• Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
• Kompetensi yang akan dicapai
• Content atau isi materi
• Informasi pendukung
• Latihan-latihan
• Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
• Evaluasi
• Balikan terhadap hasil evaluasi

Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih KD dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian maka modul harus menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi.

d. Lembar kegiatan siswa

Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pembelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa teoritis dan atau tugas-tugas praktis. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk dipresentasikan. Sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survey tentang harga cabe dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat. Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah bagi guru, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis.

Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai/ tidaknya sebuah KD dikuasai oleh peserta didik.

e. Brosur

Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari KD yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat satu KD saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.

f. Leaflet

A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster’s New World, 1996) Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD.

g. Wallchart

Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat lebih menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat bantu melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar. Karena didesain sebagai bahan ajar, maka wallchart harus memenuhi kriteria sebagai bahan ajar antara lain bahwa memiliki kejelasan tentang KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik, diajarkan untuk berapa lama, dan bagaimana cara menggunakannya. Sebagai contoh wallchart tentang siklus makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya.

h. Foto/Gambar

Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD.
Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien menggambarkan bahwa melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca atau mendengar. Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%. Foto/gambar yang didesain secara baik dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes.

Sebuah gambar yang bermakna paling tidak memiliki kriteria sebagai berikut:
• Gambar harus mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan penuh dengan informasi/data. Sehingga gambar tidak hanya sekedar gambar yang tidak mengandung arti atau tidak ada yang dapat dipelajari.
• Gambar bermakna dan dapat dimengerti. Sehingga, si pembaca gambar benar-benar mengerti, tidak salah pengertian.
• Lengkap, rasional untuk digunakan dalam proses pembelajaran, bahannya diambil dari sumber yang benar. Sehingga jangan sampai gambar miskin informasi yang berakibat penggunanya tidak belajar apa-apa.







BAB III
PENYUSUNAN BAHAN AJAR


A. Analisis Kebutuhan Bahan Ajar

Untuk mendapatkan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, diperlukan analisis terhadap SK-KD, analisis sumber belajar, dan penentuan jenis serta judul bahan ajar. Analisis dimaksud dijelaskan sebagai berikut:

1. Analisis SK-KD
Analisis SK-KD dilakukan untuk menentukan kompetensi-kompetensi mana yang memerlukan bahan ajar. Dari hasil analisis ini akan dapat diketahui berapa banyak bahan ajar yang harus disiapkan dalam satu semester tertentu dan jenis bahan ajar mana yang dipilih. Berikut diberikan contoh analisis SK-KD untuk menentukan jenis bahan ajar.

Contoh: Analisis SK-KD
Mata Pembelajaran : Kimia
Kalas : X
Semester : 2
Standar Kompetensi : Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran dan terapannya

Kompetensi Dasar Indikator Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Jenis
B. Ajar
• Menguji daya hantar listrik berbagai larutan untuk membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit • Merancang percobaan uji elektrolit
• Menyimpulkan ciri-ciri hantaran arus lsitrik dalam berbagai larutan berdasarkan hasil pengamatan • Larutan elektrolit dan non elektrolit
• Ciri-ciri elektrolit dan non elektrolit
• ...........dst • Menyusun rancangan percobaan untuk mengidentifikasi larutan elektrolit dan non elektrolit
• Diskusi informasi tentang hasil rancangan percobaan.
• Melakukan percobaan daya hantar listrik untuk menentukan ciri-ciri larutan yg bersifat elektrolit dan non elektrolit Buku, LKS






LKS

Kebutuhan bahan ajar dapat dilihat dari analisis di atas, jenis bahan ajar dapat diturunkan dari pengalaman belajarnya. Semakin jelas pengalaman belajar diuraikan akan semakin mudah guru menentukan jenis bahan ajarnya. Jika analisis dilakukan terhadap seluruh SK, maka akan diketahui berapa banyak bahan ajar yang harus disiapkan oleh guru.


2. Analisis Sumber Belajar
Sumber belajar yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan bahan ajar perlu dilakukan analisis. Analisis dilakukan terhadap ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan dalam memanfaatkannya. Caranya adalah menginventarisasi ketersediaan sumber belajar yang dikaitkan dengan kebutuhan.

3. Pemilihan dan Penentuan Bahan Ajar
Pemilihan dan penentuan bahan ajar dimaksudkan untuk memenuhi salah satu kriteria bahwa bahan ajar harus menarik, dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi. Sehingga bahan ajar dibuat sesuai dengan kebutuhan dan kecocokan dengan KD yang akan diraih oleh peserta didik. Jenis dan bentuk bahan ajar ditetapkan atas dasar analisis kurikulum dan analisis sumber bahan sebelumnya.

B. Penyusunan Peta Bahan Ajar

Peta kebutuhan bahan ajar disusun setelah diketahui berapa banyak bahan ajar yang harus disiapkan melalui analisis kebutuhan bahan ajar. Peta Kebutuhan bahan ajar sangat diperlukan guna mengetahui jumlah bahan ajar yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan bahan ajarnya seperti apa. Sekuensi bahan ajar ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. Di samping itu peta dapat digunakan untuk menentukan sifat bahan ajar, apakah dependen (tergantung) atau independen (berdiri sendiri). Bahan ajar dependen adalah bahan ajar yang ada kaitannya antara bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain, sehingga dalam penulisannya harus saling memperhatikan satu sama lain, apalagi kalau saling mempersyaratkan. Sedangkan bahan ajar independen adalah bahan ajar yang berdiri sendiri atau dalam penyusunannya tidak harus memperhatikan atau terikat dengan bahan ajar yang lain.

Sebagai contoh peta bahan ajar untuk Biologi SMA semester I Peta diambil dari SK nomor 2, KD nomor 1, dimana materi pokok sebagai judul bahan ajar.















C. Struktur Bahan Ajar

Dalam penyusunan bahan ajar terdapat perbedaan dalam strukturnya antara bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain. Guna mengetahui perbedaan-perbedaan dimaksud dapat dilihat pada matrik berikut ini:

Bahan Ajar Cetak (Printed)
No. Komponen Ht Bu Ml LKS Bro Lf Wch F/Gb Mo/M
1. Judul √ √ √ √ √ √ √ √ √
2. Petunjuk belajar - √ √ - - - - -
3. KD/MP - √ √ √ √ √ ** ** **
4. Informasi pendukung √ √ √ √ √ ** ** **
5. Latihan - √ √ - - - - - -
6. Tugas/langkah kerja - √ √ - - - ** **
7. Penilaian - √ √ √ √ √ ** ** **
Ht: handout, Bu:Buku, Ml:Modul, LKS:Lembar Kegiatan Siswa, Bro:Brosur, Lf:Leaflet, Wch:Wallchart, F/Gb:Foto/ Gambar, Mo/M: Model/Maket

D. Penyusunan Bahan Ajar Cetak

Bahan ajar dapat berupa handout, buku, lembar kegiatan siswa (LKS), modul, brosur atau leaflet, Wallchart, Foto/Gambar, Model/Maket. Dalam menyusun bahan yang perlu diperhatikan adalah bahwa judul atau materi yang disajikan harus berintikan KD atau materi pokok yang harus dicapai oleh peserta didik, di samping itu menurut Steffen-Peter Ballstaedt bahan ajar cetak harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
• Susunan tampilan, yang menyangkut: Urutan yang mudah, judul yang singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan tugas pembaca.
• Bahasa yang mudah, menyangkut: mengalirnya kosa kata, jelasnya kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang.
• Menguji pemahaman, yang menyangkut: menilai melalui orangnya, check list untuk pemahaman.
• Stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca untuk berfikir, menguji stimulan.
• Kemudahan dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata (huruf yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks terstruktur, mudah dibaca.
• Materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan kajian, lembar kerja (work sheet).

a. Handout

Istilah handout memang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Handout biasanya merupakan bahan ajar tertulis yang diharapkan dapat mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari guru. Steffen-Peter Ballstaedt mengemukakan dua fungsi dari handout yaitu:
• Guna membantu pendengar agar tidak perlu mencatat.
• Sebagai pendamping penjelasan si penceramah/guru.

Sebuah handout harus memuat paling tidak:
• Menuntun pembicara secara teratur dan jelas
• Berpusat pada pengetahuan hasil dan pernyataan padat.
• Grafik dan tabel yang sulit digambar oleh pendengar dapat dengan mudah didapat.

Sesuai dengan yang telah dijelaskan di atas bahwa handout disusun atas dasar KD yang harus dicapai oleh peserta didik. Dengan demikian maka handout harus diturunkan dari kurikulum. Handout biasanya merupakan bahan tertulis tambahan yang dapat memperkaya peserta didik dalam belajar untuk mencapai kompetensinya.

Langkah-langkah menyusun handout adalah sebagai berikut:
• Melakukan analisis kurikulum
• Menentukan judul handout, sesuaikan dengan KD dan materi pokok yang akan dicapai.
• Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan. Upayakan referensi terkini dan relevan dengan materi pokoknya.
• Menulis handout, dalam menulis upayakan agar kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang, untuk siswa SMA diperkirakan jumlah kata per kalimatnya tidak lebih dari 25 kata dan dalam satu paragraf usahakan jumlah kalimatnya antara 3 – 7 kalimat saja.
• Mengevaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca ulang, bila perlu dibaca orang lain terlebih dahulu untuk mendapatkan masukan.
• Memperbaiki handout sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan.
• Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi handout misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.

b. Buku

Sebuah buku biasanya akan berisi tentang sesuatu yang menjadi buah pikiran dari seorang pengarangnya. Jika seorang guru menyiapkan sebuah buku yang digunakan sebagai bahan ajar maka buah pikirannya harus diturunkan dari KD yang tertuang dalam kurikulum, sehingga buku akan memberi makna sebagai bahan ajar bagi peserta didik yang mempelajarinya.

Sebuah buku akan dimulai dari latar belakang penulisan, definisi/ pengertian dari judul yang dikemukakan, penjelasan ruang lingkup pembahasan dalam buku, hukum atau aturan-aturan yang dibahas, contoh-contoh yang diperlukan, hasil penelitian, data dan interpretasinya, berbagai argumen yang sesuai untuk disajikan.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam menulis buku adalah sebagai berikut:
• Mempelajari kurikulum dengan cara menganalisisnya
• Menentukan judul buku yang akan ditulis sesuai dengan SK yang akan disediakan bukunya.
• Merancang outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi.
• Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan, upayakan untuk menggunakan referensi terkini dan relevan dengan bahan kajiannya.
• Menulis buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu paragraf 3 – 7 kalimat.
• Mengevaluasi/mengedit hasil tulisan dengan cara membaca ulang. Jika ada kekurangan segera dilakukan penambahan.
• Memperbaiki tulisan
• Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.

c. Modul

Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator/guru. Dengan demikian maka sebuah modul harus dapat dijadikan sebuah bahan ajar sebagai pengganti fungsi guru. Kalau guru memiliki fungsi menjelaskan sesuatu maka modul harus mampu menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya.

• Penulisan bahan ajar modul
Dalam menulis bahan ajar khususnya modul terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu:
- Analisis SK dan KD
Analisis dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar. Dalam menentukan materi dianalisis dengan cara melihat inti dari materi yang akan diajarkan, kemudian kompetesi yang harus dimiliki oleh siswa dan hasil belajar kritis yang harus dimiliki oleh siswa (critical learning outcomes) itu seperti apa.

- Menentukan judul-judul modul
Judul modul ditentukan atas dasar KD-KD atau materi pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Satu kompetensi dapat dijadikan sebagai judul modul apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya kompetensi dapat dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai satu judul modul. Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari 4 MP, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul modul.

- Pemberian kode modul
Kode modul sangat diperlukan guna memudahkan dalam pengelolaan modul. Biasanya kode modul merupakan angka-angka yang diberi makna, misalnya digit pertama, angka satu (1) berarti IPA, (2) : IPS. (3) : Bahasa. Kemudian digit kedua merupakan klasifikasi/kelompok utama kajian atau aktivitas atau spesialisasi pada jurusan yang bersangkutan. Misalnya jurusan IPA, nomor 1 digit kedua berarti Fisika, 2 Kimia, 3 Biologi dan seterusnya.

- Penulisan Modul
Penulisan modul dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
* Perumusan KD yang harus dikuasai
Rumusan KD pada suatu modul merupakan spesifikasi kualitas yang seharusnya telah dimiliki oleh siswa setelah ia berhasil menyelesaikan modul tersebut. KD yang tercantum dalam modul diambil dari pedoman khusus kurikulum 2004. Apabila siswa tidak berhasil memiliki tingkah laku sebagai yang dirumuskan dalam KD itu, maka KD pembelajaran dalam modul itu harus dirumuskan kembali. Dalam hal ini barangkali bahan ajar yang gagal, bukan siswa yang gagal. Kembali pada terminal behaviour, jika terminal behaviour diidentifikasi secara tepat, maka apa yang harus dikerjakan untuk mencapainya dapat ditentukan secara tepat pula.

Contoh Rumusan KD yang harus dikuasai:
Anda mampu menguji daya hantar listrik berbagai larutan untuk membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit hasilnya memenuhi kriteria sebgai berikut:
1) Ada rancangan percobaan elektrolit .
2) Terdapat kesimpulan ciri-ciri hantaran arus listrik dalam berbagai larutan berdasarkan hasil pengamatan.
3) Mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya.
4) Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik.
5) Menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar.

* Menentukan alat evaluasi/penilaian
Criterion items adalah sejumlah pertanyaan atau tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai suatu KD dalam bentuk tingkah laku. Karena pendekatan pembelajarannya yang digunakan adalah kompetensi, dimana sistem evaluasinya didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat evaluasi yang cocok adalah menggunakan pendekatan Panilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment.

Evaluasi dapat segera disusun setelah ditentukan KD yang akan dicapai sebelum menyusun materi dan lembar kerja/tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Hal ini dimaksudkan agar evaluasi yang dikerjakan benar-benar sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh siswa.

Contoh evaluasi dari contoh KD di atas:
No (75% kriteria keberhasilan)*) Ya Tdk
1. Ada rancangan percobaan elektrolit.
2. Terdapat kesimpulan ciri-ciri hantaran arus listrik dalam berbagai larutan berdasarkan hasil pengamatan.
3. Mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya.
4. Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik.
5. Menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar.
Total
Catatan *) : Jika 75% dari ke-5 kriteria terpenuhi, maka dinyatakan lulus.

* Penyusunan Materi
Materi atau isi modul sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi modul akan sangat baik jika menggunakan referensi–referensi mutakhir yang memiliki relevansi dari berbagai sumber misalnya buku, internet, majalah, jurnal hasil penelitian. Materi modul tidak harus ditulis seluruhnya, dapat saja dalam modul itu ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya. Misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan berapa lama.

Kalimat yang disajikan tidak terlalu panjang. Bagi siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per-kalimat dan dalam satu paragraf 3–7 kalimat.


Gambar-gambar yang sifatnya mendukung isi materi sangat diperlukan, karena di samping memperjelas penjelasan juga dapat menambah daya tarik bagi siswa untuk mempelajarinya.

* Urutan pembelajaran
Urutan pembelajaran dapat diberikan dalam petunjuk menggunakan modul. Misalnya dibuat petunjuk bagi guru yang akan mengajarkan materi tersebut dan petunjuk bagi siswa. Petunjuk siswa diarahkan kepada hal-hal yang harus dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan oleh siswa, sehingga siswa tidak perlu banyak bertanya, guru juga tidak perlu terlalu banyak menjelaskan atau dengan kata lain guru berfungsi sebagai fasilitator.

* Struktur bahan ajar/modul
Struktur modul dapat bervariasi, tergantung pada karakter materi yang akan disajikan, ketersediaan sumberdaya dan kegiatan belajar yang akan dilakukan. Secara umum modul harus memuat paling tidak:
- Judul
- Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
- Kompetensi yang akan dicapai
- Informasi pendukung
- Latihan-latihan
- Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
- Evaluasi/Penilaian

d. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan siswa akan memuat paling tidak; judul, KD yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan.

Dalam menyiapkan lembar kegiatan siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

• Analisis kurikulum
Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Biasanya dalam menentukan materi dianalisis dengan cara melihat materi pokok dan pengalaman belajar dari materi yang akan diajarkan, kemudian kompetesi yang harus dimiliki oleh siswa.

• Menyusun peta kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya juga dapat dilihat. Sekuens LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. Diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.

• Menentukan judul-judul LKS
Judul LKS ditentukan atas dasar KD-KD, materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu KD dapat dijadikan sebagai judul modul apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya KD dapat dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok (MP) mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai satu judul LKS. Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari 4 MP, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul LKS.

• Penulisan LKS
Penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebaga berikut:
- Perumusan KD yang harus dikuasai
Rumusan KD pada suatu LKS langsung diturunkan dari dokumen SI.
- Menentukan alat Penilaian
Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. Karena pendekatan pembelajar-an yang digunakan adalah kompetensi, dimana penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompeten-si, maka alat penilaian yang cocok adalah menggunakan pendekatan Panilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment. Dengan demikian guru dapat menilainya melalui proses dan hasil kerjanya.
- Penyusunan Materi
Materi LKS sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja dalam LKS ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya, misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan berapa lama.
- Struktur LKS
Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut:
* Judul
* Petunjuk belajar (Petunjuk siswa)
* Kompetensi yang akan dicapai
* Informasi pendukung
* Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja
* Penilaian


e. Brosur

Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996).

Dalam menyusun sebuah brosur sebagai bahan ajar, brosur paling tidak memuat antara lain:
• Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi.
• KD/materi pokok yang akan dicapai, diturunkan dari SI dan SKL.
• Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu paragraf 3 – 7 kalimat.
• Tugas-tugas dapat berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait dengan materi belajar dan membuat resumenya. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok dan ditulis dalam kertas lain.
• Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.
• Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.

f. Leaflet

A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster’s New World, 1996). Leatlet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD.

Dalam membuat leaflet secara umum sama dengan membuat brosur, bedanya hanya dalam penampilan fisiknya saja, sehingga isi leaflet dapat dilihat pada brosur di atas. Leaflet biasanya ditampilkan dalam bentuk dua kolom kemudian dilipat.

g. Wallchart

Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Misalnya tentang siklus makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya atau proses dari suatu kegiatan laboraturium. Dalam mempersiapkannya wallchart paling tidak berisi tentang:
• Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi.
• Petunjuk penggunaan wallchart, dimaksudkan agar wallchart tidak terlalu banyak tulisan.
• Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik dalam bentuk gambar, bagan atau siklus.
• Tugas-tugas ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait dengan materi belajar dan membuat resumenya. Tugas lain misalnya menugaskan siswa untuk menggambar atau membuat bagan ulang. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok.
• Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.
• Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.

h. Foto/Gambar

Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD.

Dalam menyiapkan sebuah gambar untuk bahan ajar dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

• Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi. Jika foto, maka judulnya dapat ditulis dibaliknya.
• Buat desain tentang foto/gambar yang dinginkan dengan membuat storyboard. Storyboard foto tidak akan sebanyak untuk video/film.
• Informasi pendukung diambilkan dari storyboard secara jelas, padat, menarik ditulis dibalik foto. Gunakan sumber lain yang dapat memperkaya materi misalnya foto, internet, buku. Agar foto enak dilihat dan memuat cukup informasi, maka sebaiknya foto/gambar berukuran paling tidak 20-R.
• Pengambilan gambar dilakukan atas dasar stroryboard. Agar hasilnya baik dikerjakan oleh orang yang menguasai penggunaan foto, atau kalau gambar digambar oleh orang yang terampil menggambar.
• Editing terhadap foto/gambar dilakukan oleh orang yang menguasai substansi/isi materi video/film.
• Agar hasilnya memuaskan, sebaiknya sebelum digandakan dilakukan penilaian terhadap program secara keseluruhan baik secara substansi, edukasi maupun sinematografinya.
• Foto/gambar biasanya tidak interaktif, namun tugas-tugasnya dapat diberikan pada akhir penampilan gambar, misalnya untuk pembelajaran bahasa Inggris siswa diminta untuk menceritakan ulang secara oral tentang situasi dalam foto/gambar. Tugas-tugas dapat juga ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa menceritakan ulang tentang foto/ gambar yang dilihatnya dalam bentuk tertulis. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok.
• Penilaian dapat dilakukan terhadap penampilan siswa dalam menceritakan kembali foto/gambar yang dilihatnya atau cerita tertulis dari foto/gambar yang telah dilihatnya.

i. Model/Maket

Model/maket yang didesain secara baik akan memberikan makna yang hampir sama dengan benda aslinya. Weidermann mengemukakan bahwa dengan meilhat benda aslinya yang berarti dapat dipegang, maka peserta didik akan lebih mudah dalam mempelajarinya. Misalnya dalam pembelajaran biologi siswa dapat melihat secara langsung bagian-bagian tubuh manusia melalui sebuah model. Biasanya model semacam ini dapat dibuat dengan skala 1:1 artinya benda yang dilihat memiliki besar yang persis sama dengan benda aslinya atau dapat juga dengan skala yang lebih kecil, tergantung pada benda apa yang akan dibuat modelnya. Bahan ajar semacam ini tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus dibantu dengan bahan tertulis agar memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran maupun siswa dalam belajar. Dalam memanfaatkan model/maket sebagai bahan ajar harus menggunakan KD dalam kurikulum sebagai acuannya.
• Judul diturunkan dari kompeternsi dasar atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi.
• Membuat rancangan sebuah model yang akan dibuat baik substansinya maupun bahan yang akan digunakan sebagai model.
• Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik pada selembar kertas. Karena tidak mungkin sebuah model memuat informasi tertulis kecuali keterangan-keterangan singkat saja. Gunakan berbagai sumber yang dapat memperkaya informasi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.
• Agar hasilnya memuaskan, sebaiknya pembuatan model atau maket dilakukan oleh orang yang memiliki keterampilan untuk membuatnya. Bahan yang digunakan tentu saja disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan kemudahan dalam mencarinya.
• Tugas dapat diberikan pada akhir penjelasan sebuah model, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan oral. Tugas-tugas dapat juga ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa tugas menjelaskan secara tertulis tentang misalnya untuk pembelajaran biologi, fungsi jantung bagi kehidupan manusia. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok.
• Penilaian dapat dilakukan terhadap jawaban lisan atau tertulis dari pertanyaan yang diberikan.



E. Evaluasi dan Revisi

Setelah selesai menulis bahan ajar, selanjutnya yang perlu Anda lakukan adalah evaluasi terhadap bahan ajar tersebut. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah bahan ajar telah baik ataukah masih ada hal yang perlu diperbaiki. Teknik evaluasi bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya evaluasi teman sejawat ataupun uji coba kepada siswa secara terbatas. Respondenpun bisa anda tentukan apakah secara bertahap mulai dari one to one, group, ataupun class.

Komponen evaluasi mencakup kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikan.

Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain:
1. Kesesuaian dengan SK, KD
2. Kesesuaian dengan perkembangan anak
3. Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar
4. Kebenaran substansi materi pembelajaran
5. Manfaat untuk penambahan wawasan
6. Kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial

Komponen Kebahasaan antara lain mencakup:
1. Keterbacaan
2. Kejelasan informasi
3. Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar
4. Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat)

Komponen Penyajian antara lain mencakup:
1. Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai
2. Urutan sajian
3. Pemberian motivasi, daya tarik
4. Interaksi (pemberian stimulus dan respond)
5. Kelengkapan informasi

Komponen Kegrafikan antara lain mencakup:
1. Penggunaan font; jenis dan ukuran
2. Lay out atau tata letak
3. Ilustrasi, gambar, foto
4. Desain tampilan

Komponen-komponen penilaian di atas dapat Anda kembangkan ke dalam format instrumen evaluasi. Contoh format evaluasi adalah sebagai berikut:

Contoh Format Instrumen Evaluasi Formatif Bahan Ajar

INSTRUMEN EVALUASI FORMATIF
Judul Bahan Ajar : ...........
Mata Pelajaran : ...........
Penulis : ...........
Evaluator : ...........
Tanggal : ...........

Petunjuk pengisian
Berilah tanda check (v) pada kolom yang paling sesuai dengan penilaian Anda.
1 = sangat tidak baik/sesuai
2 = kurang sesuai
3 = cukup
4 = baik
5 = sangat baik/sesuai

No Komponen 1 2 3 4 5
KELAYAKAN ISI
1 Kesesuaian dengan SK, KD
2 Kesesuaian dengan kebutuhan siswa
3 Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar
4 Kebenaran substansi materi
5 Manfaat untuk penambahan wawasan pengetahuan
6 Kesesuaian dengan nilai-nilai, moralitas, sosial
KEBAHASAAN
7 Keterbacaan
8 Kejelasan informasi
9 Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia
10 Penggunaan bahasa secara efektif dan efisien
SAJIAN
11 Kejelasan tujuan
12 Urutan penyajian
13 Pemberian motivasi
14 Interaktivitas (stimulus dan respond)
15 Kelengkapan informasi
KEGRAFISAN
16 Penggunaan font (jenis dan ukuran)
17 Lay out, tata letak
18 Ilustrasi, grafis, gambar, foto
19 Desain tampilan
Komentar/saran evaluator:
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, selanjutnya Anda dapat melakukan revisi atau perbaikan terhadap bahan ajar yang Anda kembangkan. Setelah itu, bahan ajar siap untuk Anda manfaatkan dalam proses pembelajaran.

read more