Menurut catatan sejarah, sebelum kedatangan islam, masyarakat Arab khususnya Mekah, telah mengenal adanya lembaga pendidikan rendah yaitu Kuttab. Namun lembaga pendidikan ini masih bersifat sederhana dan belum mampu menarik minat masyarakat luas. Hal ini dapat dibuktikan ketika Islam lahir, masyarakat Mekah yang bisa membaca dan menulis berkisar sekitar 17 orang, sedangkan masyarakat Madinah sekitar 11 orang.
Kuttab atau Maktab diambil dari kata Taktib yang berarti mengajar menulis. Dalam buku yang lain Kuttab/Maktab berasal dari kata dasar yang sama, yaitu kataba yang artinya menulis. Sedangkan kuttab/maktab berarti tempat menulis atau tempat dimana dilangsungkannya kegiatan untuk tulis menulis.
Secara historis dalam skala yang terbatas, lembaga pendidikan Kuttab telah ada di dunia Arab pra Islam. Bentuknya seperti privat. Dimana seorang guru menyiapkan sebuah ruangan dirumahnya dan menerima bayaran apabila guru tersebut mengajar di keluarga yang mampu. Pada masa awal Islam sampai pada era Khulafaur Rasyidin, secara umum pengajaran kuttab dilakukan tanpa adanya bayaran, akan tetapi pada era bani Umayah, ada diantara penguasa yang sengaja menggaji guru untuk mengajar putra-putranya dan menyediakan tempat bagi pelaksanaan proses belajar mengajar di istananya. Disamping itu ada juga yang mempertahankan bentuk lama yaitu melaksanakan pendidikan di pekarangan sekitar mesjid, biasanya siswa-siswa dari kalangan kurang mampu. Materi yang diajarkan dalam kuttab adalah tulis baca yang pada umumnya diambil dari syair-syair dan pepatah arab.
Dalam sejarah pendidikan islam masa awal, dikenal dua bentuk kuttab yaitu:
1. Kuttab berfungsi sebagai tempat pendidikan yang memfokuskan pada tulis baca.
pada masa ini, Al-Qur’an belum dijadikan rujukan sebagai mata pelajaran dikarenakan dalam rangka menjaga kesucian Al-Qur’an dan tidak sampai terkesan dipermainkan para siswa dengan menulis dan menghapusnya, selain itu pada masa itu pengikut Nabi yang bisa baca tulis masih sangat terbatas.
2. Kuttab tempat pendidikan yang mengajarkan Al-Qur’an dan dasar-dasar keagamaan. Pada era awal ini, pelaksanaan pendidikan lebih terkonsentrasi pada pendidikan keimanan dan budi pekerti dan belum pada meteri tulis baca.
Dalam operasionalnya, baik kutab jenis pertama maupun kedua dilakukan dengan sistem halaqah, namun ada juga guru yang menggunakan metode dengan membacakan sebuah kitab dengan suara keras, kemudian diikuti oleh seluruh siswanya. Proses ini dilakukan berulang-ulang sampai siswa benar-benar menguasainya. Disamping itu ada juga guru yang menyuruh siswanya untuk menyalin pelajaran dari kitab tertentu.
Lama belajar di kedua bentuk kuttab tersebut tidak dibatasi oleh waktu, akan tetapi ditentukan oleh kemampuan siswa dalam menyelesaikan pelajaran dalam suatu kitab. Mata pelajaran pada tingkat ini adalah membaca, menulis, menghafal Al-Qur’an serta pengetahuan akhlak. Phill K. Hitti mengatakan bahwa, kurikulum pendidikan kuttab ini berorientasi kepada Al-Qur’an sebagai tekt book. Hal ini mencakup pengajaran membaca, menulis, kaligrafi, gramatikal bahasa Arab, sejarah Nabi, dan hadis.
B. Masjid
Kata masjid berasal dari bahasa Arab, sajada (fiil madi) yusajidu (mudahari’) masajid/sajdan (masdar), artinya tempat sujud. Dalam pengertian yang lebih luas berarti tempat shalat dan bermunajat kepada Allah sang pencipta dan tempat merenung dan menata masa depan (dzikir).
Proses yang mengantarkan masjid sebagai pusat dan pengetahuan adalah karena di masjid tempat awal pertama mempelajari ilmu agama yang baru lahir dan mengenal dasar-dasar, hukum-hukum, dan tujuannya. Masjid yang pertama kali dibangun adalah masjid Quba, yaitu setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah. Seluruh kegiatan umat difokuskan di masjid termasuk pendidikan. Majelis pendidikan yang dilakukan Rasulullah bersama sahabat di masjid dilakukan dengan sistem halaqah.
Dalam perkembangannya, dikalangan umat Islam tumbuh semangat untuk menuntut ilmu dan memotivasi mereka mengantarkan anak-anaknya untuk memperoleh pendidikan di mesjid sebagai lembaga pendidikan menengah setelah kuttab. Kurikulum pendidikan di masjid biasanya merupakan tumpuan pemerintah untuk memperoleh pejabat-pejabat pemerintah, seperti kadi, khatib, dan imam masjid.
Pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan masjid pada era awal kurang mendapat perhatian dari penguasa pada saat itu, karena penguasa telah memusatkan perhatian pada proses penyebaran agama dan proses perluasan wilayah. Dengan semakin luas wilayah kekuasaan islam, telah memperkaya perkembangan lembaga ini, melalui asimilasi dan persentuhan budaya islam dengan budaya lokal.
C. Madrasah
Madrasah merupakan sim makan dari kata darasa yang berarti belajar. Jadi madrasah adalah tempat belajar bagi siswa atau mahasiswa (umat Islam). Dalam sejarah pendidikan Islam, makna dari madrasah tersebut memegang peran penting sebagai institusi belajar umat islam selama pertumbuhan dan perkembangannya sebab, pemakaian madarasah secara definitif baru muncul pada abad ke-11. George Makdis (1981) menjelaskan bahwa madrasah merupakan transformasi institusi pendidikan islam dari masjid ke madrasah terjadi secara tidak langsung melalui tiga tahap yaitu tahap masjid, tahap masjid-khan dan tahap madrasah.
Dilihat dari aspek historis, eksistensi madrasah baik pada abad klasik XXI (saat ini) tidak jauh beda. Dinamika madrasah yang tumbuh yang berakar dari kultur masyarakat setempat tidak akan luput dari dinamika dan peradaban masyarakat (change of society) tidak salah kalau banyak mensinyalir bahwa madrasah tumbuh dan berkembang dari bawah ke atas. Jadi eksisnya madrasah seiring dengan kehidupan masyarakat setempat. Hal ini berarti, masyarakat dan madrasah tidak bisa dipisahkan. Keduanya merupakan suatu kesatuan yang utuh dan saling mmberikan kontribusi, disamping masyarakat, pemerintah atau pengusaha harus memberikan dukungan agar madrasah tetap eksis dan berkembang maju.
Madrasah sebagai salah satu institusi pendidikan Islam merupakan pondasi sekaligus prototipe sistem pendidikan Islam saat ini. Madrasah Nizam al-Mulk, Misalnya adalah madrasah yang paling populer dikalangan ahli sejarah dan kalangan masyarakat Islam. Didirikan oleh Nizam al-Muluk, seorang perdana Mentri Dinasti Salajikah pada masa pemerintahan Sultan Alp-Arshan dan Sultan Maliksyah pada tahun ke-5 H. / II M yang diresmikan tahun 459 H/1067 M, di Nisabur.
Dengan demikian, eksistensi madrasah pada era awal memiliki sejarah yang panjang selama perjalanan peradaban Islam, dan berkontribusi terhadap lahirnya tradisi intelektual Islam. Ia merupakan transformasi institusi pendidikan Islam sebelumnya, seperti kuttab, rumah, masjid dan saloon. Meskipun tradisi keilmuan secara langsung tidak di institusi madrasah. dikarenakan madrasah langsung di-handle, oleh pemerintah, namun melalui institusi ini telah menumbuhkan kecintaan dan gairah pada intelektual Islam terhadap ilmu pengetahuan. Hal mi dapat dibuktikan dari karya-karya mereka dan berbagai bidang ilmu baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan (sains).
DAFTAR PUSTAKA
Nizar Samsul, Sejarah Pendidikan Islam, 2008, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Nizar Samsul, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, 2005, Jakarta: Quantum Teaching.
Suwito dan fauzan. Sejarah sosial Pendidikan Islam. 2005. Jakarta: Prenada Media.